– Sang petahana calon bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo berpeluang berkuasa lagi. Namun, upaya untuk melanjutkan kekuasaan sebagai orang nomor satu di Kabupaten Gorontalo untuk kedua kalinya tidaklah mudah di kondisi dan situasi saat ini.
Pemilihan tahun ini, petahana harus berusaha keras. Petahana juga harus melalui jalan yang cukup terjal karena kondisi pandemi Covid-19. Segala keterbatasan pasti ditemui. Mulai dari kesempatan melakukan kampanye secara langsung, hingga upaya keras yang juga dilakukan para calon lain.
Masyarakat sudah sangat pintar dalam menentukan pilihan. Mereka pasti melihat program-program kerja petahana sebelumnya. Begitu juga dengan program yang mulai digalakan oleh lawan petahana.
Untuk perbandingannya? Masyarakat pasti lebih tahu.
Lantas, bagaimana dengan tantangan yang kini sedang dihadapi petahana?
Ada laporan di sana-sini, ada isu di sana-sini, ada buzzer di sana-sini. Bahkan, di beranda media sosial hingga sejumlah online bermunculan deretan dugaan pelanggaran yang disangkakan. Bukan 1 atau 2 kali, tapi sudah kesekian kalinya sang petahana dilaporkan ke Bawaslu.
Mengapa demikian? Pertama, sang petahana sudah bekerja selama 5 tahun. Satu celah kecil saja bisa menjadi peluang besar bagi pihak lain.
Kedua, sang petahana adalah calon terkuat. Dimana-mana, petahana menjadi kandidat terberat di setiap kontestasi pemilihan pemimpin. Karena petahana telah bekerja untuk rakyatnya.
Ketiga, hampir semua lawan petahana adalah calon dengan “wajah lama”. Dalam artian hampir semua calon kali ini telah membaca situasi dan telah mengevaluasi kelemahan masing-masing di pesta demokrasi sebelumnya.
Keempat, petahana kini maju dengan salah satu politikus sekaligus pengusaha muda. Dia adalah Hendra Hemeto (Dadang) yang diusung Partai Golkar. Calon wakilnya saat ini merupakan tokoh yang punya kapabilitas dan rekam jejak politik yang baik. Calon pendamping petahana juga terlahir dari keluarga yang dikenal. Siapa sih yang tidak mengenal Om Deka? Sosok pengusaha sukses yang sering berbagi keberkahan dengan warga.
Lalu bagaimana petahana menyikapi bertubi-tubinya laporan yang dihadapi? Sebagai seorang dengan latar belakang akademisi, petahana tentu telah memikirkan secara matang apa yang harus dan diperbuat di era kepemipinannya. Apalagi bermodalkan pengalaman memimpin sejumlah perguruan tinggi. Petahana tentu telah belajar banyak soal organisasi dan regulasi sesuai perundang-undangan yang berlaku.
Hadapi dengan senyuman
Kerab sekali dilaporkan, namun petahana selalu menyambutnya dengan senyum khas dan kata maaf di awal, sebelum memenuhi pemeriksaan. Tidak ingin melapor balik dan tidak menyimpan dendam, begitulah cerminan sifat petahana saat ini.
Bukan seperti lari sprint siapa cepat dia menang. Namun Pilkada tahun ini mungkin bisa saja diibaratkan sebagai lari maraton, petahana harus lebih fokus pada garis finish tanpa niat sedikitpun menjatuhkan lawan-lawannya.
Kata kasarnya, biarlah lawan jatuh dengan sendirinya jika staminanya sudah tak mampu lagi mencapai garis finish. Kalau seorang peserta lomba fokus terhadap kelemahan lawan, maka akan menguras tenaganya sendiri.
Satu celah kesalahan ditutupi ribuan prestasi
Sekali lagi. Petahana sudah bekerja, sudah memberi bukti, sudah berkarya, dan karyanya sudah dinikmati serta dirasakan masyarakat.
Di media sosial, agresivitas pihak yang tidak bertanggung jawab, yang sering mengatasnamakan para pendukung dan simpatisan serta relawan sering menyerang pihak lainnya secara membabi buta. Tindakan membully, mencaci, dan saling memfitnah bisa juga menjadi ancaman serius terhadap sang petahana.
Meski begitu, petahana masih tegar. Bahkan, dari perkembangan berita saat ini petahana terus memberi bekal kepada setiap anggota tim pemenangan dan kampanye untuk berpolitik secara sehat.
Dengan begitu, ketika ada pihak yang membawa-bawa nama petahana bersama calon wakilnya, yang melakukan kampanye hitam ataupun cara yang “sesat” dipastikan bahwa mereka bukan bagian dari relawan ataupun simpatisan petahana.
Bicara soal prestasi, tentu data dan fakta yang bisa membuktikan. Soal data pasti telah berseliweran dimana-mana melalui sejumlah media. Faktanya? Lihat aja di sekeliling, apa yang berubah di wajah daerah ini. Bandingkan dengan wajah daerah sebelumnya. ***