– Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten (DPRD) Gorontalo Utara (Gorut), dari Fraksi Partai Gabungan Para Bintang, Gustam Ismail menilai, apa yang dilakukan oleh salah satu aleg Fraksi PAN dalam pelaksanaan rapat paripurna KUA-PPAS yang digelar di gedung DPRD Gorut adalah tindakan yang mencederai lembaga DPRD dan terkesan terlalu banyak pencitraan.
“Bukannya tidak setuju dengan sikap Partai Amanat Nasional, akan tetapi sebelumnya sudah ada kesepakatan bersama, bahwa untuk padangan umum fraksi itu dibacakan kemudian diserahkan, dan ini sudah disepakati oleh semua fraksi,” kata Gustam, Selasa (20/10/2020).
Selengkapnya: Fraksi PAN Dinilai Terlalu Banyak Pencitraan
Menaggapi hal tersebut, Lukman Botutihe mengatakan pandangan setiap fraksi adalah hak masing-masing fraksi yang ada di lembaga legislatif.
“Saya tegaskan, Gustam harus banyak belajar! Sebab tidak bisa fraksi lain, tidak setuju dengan pandangan fraksi yang lainnya. Kita punya hak masing-masing dong. Makanya ada pandangan fraksi. Nah, pandangan Fraksi PAN ini tidak pernah menyentuh pandangan fraksi lain,” kata Lukman melalui telepon seluler, Selasa malam (20/10/2020).
Lukman mengatakan, siapa saja berhak memberikan apresiasi terhadap pemerintah. Dan itu adalah hal wajar menurutnya.
“Apresiasi yang diberikan Fraksi PAN itu adalah hal wajar. Itu hak kita! Kita mau apresiasi pemerintah kek, kita mau kritik pemerintah, itu hak kita. Loh, kenapa Gustam marah?” Tanya Lukman.
“Itulah kenapa saya bilang dia (Gustam) perlu belajar. Pandangan fraksi itu, tidak bisa kita bicarakan terlebih dahulu, misalnya semua fraksi rapat dan pandangan fraksi harus sama. Itu tidak bisa dong! Kan kita punya pandangan fraksi yang berbeda-beda terhadap pemerintahan. Satu saat saya mengkritik ekekutif, lain kali saya mengapresiasi, itu tergantung penilaian fraksi kami (PAN),” sambungnya.
Lebih lanjut Lukman mengatakan, tidak selamanya pihak legislatif harus memberikan kritik kepada pihak eksekutif.
“Jadi tidak selamanya kita terus-terusan mengritik dan tidak selamanya juga terus-terusan memuji, tidak begitu! Saya tegaskan Fraksi PAN itu objektif! Kami paham, mana waktunya untuk mengkritik dan kapan untuk member apresiasi. Kalau ada kekurangan, ya wajar kita mengritik. Tapi kita juga harus mengapresiasi keberhasilan pemerintah,” kata Lukum dengan nada lebih tegas.
“Kalau saya melakukan pencitraan, itu hak saya dong! Kalau saya melakukan pencitraan, emangnya kenapa? Apa hubungannya dengan Gustam Ismail? Makanya saya katakan dia (Gustam) perlu belajar. Pencitraan yang dimaksudkan apa? Saya jadi bingung, kok saya menyampaikan pandangan Fraksi PAN disebut sebagai pencitraan? Kecuali saya menjelek-jelekan Gustam Ismail kek, atau menyerangnya, nah itu saya terima dibilang pencitraan. Saya kan mengapresiasi pemerintah dan itu benar,” tegasnya lagi.
Lukman mengatakan, sebagai anggota dewan, sudah seharusnya memberikan pandangan dan penilaian yang objektif terhadap pemerintah.
“Beberapa paripurna lalu saya pernah mengkritik bupati, tapi hari ini saya mengapresiasi. Kenapa saya mengapresi? Itu karena biasanya kita mengetuk APBD itu pada tanggal 31 Desember, karena apa? Karena KUA-PPAS kita bahas di November. Tapi kali ini kita sudah membahas KUA-PPAS di waktu yang lebih cepat (Oktober). Dan saya memprediksi APBD kita ketuk di pertengahan November, sebab tahun kemarin begini juga. Nah, itu yang saya apresiasi,” terang Lukman.
“Apalagi di tengah-tengah pemerintah menangani penyakit (Pandemi-red) Covid-19 atau korona. Loh, yang saya bingung kenapa ada yang kebakaran jenggot? Kalau dia (Gustam) tidak mengapresiasi, itu haknya dia, dan Fraksi PAN tidak membantah atau menganulir itu. Saya justru curiga, kenapa fraksi saya (PAN) dianulir oleh Gustam Ismail dari PKS yang hanya satu kursi? Saya (PAN) empat kursi loh. Jadi mohon maaf, saya menyarankan Gustam Ismail belajar tata tertib DPRD, biar dia tau ini memalukan dong, kenapa saya diserang? Harusnya dia malu, apalagi sudah 2 periode. Seharusnya dia banyak belajar,” tutup Lukman. (daily02/Brigfly)