DAILYPOST.ID, Kabupaten Gorontalo – Sejumlah petani di Kabupaten Gorontalo mengeluhkan harga jual beras yang anjlok.
Sutrisno, salah satu petani asal Boliyohuto mengaku kewalahan dan sulit menjual hasil pertanian mereka yang diakibatkan oleh banyaknya pasokan beras dari luar daerah.
“Kami para petani sudah kewalahan karena bukan kali ini, sudah tiga kali panen ini petani susah untuk menjual hasil pertanian di pasaran, sehingga putaran ekonomi mejadi terkendala. Kami juga meminta kepada pemerintah khusunya Dinas Sosial agar penyuplai yang direkomendasikan oleh Dinas Sosial untuk lebih menyerap beras para petani kita,” imbuh Sutrisno, di Rapat Dengar Pendapat (RDP), yang digelar oleh Komisi I DPRD Kabupaten Gorontalo, Selasa (2/2/2021).
Selain Sutrisno, Melki selaku petani dari Batudaa menilai, kurang terserapnya beras para petani local disebabkan oleh tidak adanya regulasi yang mengatur masuknya beras premium dan beras biasa, baik yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah.
“Beras kami yang ada di setiap satu gilingan padi itu memiliki beras rata – rata sekitaran di atas 30 Ton lebih, oleh karena itu kami meminta untuk menyerap beras lokal dan membatasi masuk beras dari luar daerah,” tandasnya.
Menurut para petani yang hadir saat itu, kualitas beras yang dihasilkan oleh mereka tidak kalah bagus dengan beras premium yang masuk dari luar daerah.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Kabupaten Gorontalo, Rahmat Pomalingo yang hadir bersama dinas terkait dan Komisi I DPRD Kabupaten Gorontalo menjelaskan, suplai beras yang dilakukan untuk jaga-jaga terjadinya inflasi.
“Memang, ada keinginan untuk solusi ke bulog, akan tetapi setelah dilihat harganya tidak menguntungkan petani. Nah, hari ini saya beraharap kita bersama – sama mengatasi polemik untuk bisa membuat regulasi bersama teman – teman DPRD untuk mengatur dan mengikat terkait penyerapan beras local,” kata Rahmat.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Gorontalo, Syafrudin Bano berharap, melalui rapat tersebut pemerintah dapat memberikan solusi atas aspirasi yang disampaikan oleh para petani.
“Kami harap hal ini bisa menjadi perhatian pemerintah daerah, khususnya bagi kepala-kepala dinas terkait untuk lebih memperhatikan beras local. Tetapi harus berkualitas juga,” pungkas Syafrudin. (daily17/Siswoyo)