, Gorontalo – Cegah perilaku intoleransi di lingkungan sekolah, sejumlah mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo menggelar sosialisasi.
Sosialisasi mengenai aksi pencegahan perilaku dan sikap intoleransi di dunia pendidikan tersebut dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo, Kelurahan Bulotada’a Barat, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo. Sosialisasi tersebut dilaksanakan oleh sebanyak 13 orang mahasiswa yakni Dikma Wulan Sari, Vera Veriska Tahir, Nia Gafur, Yanuar Dwiyanto, Prawika Potabuga, Ingka Idriani Karim, Siska, Dea Amanda Mustapa, Niar Zuleha Ali, Dewi Rahmatia Djamalu, Nur Waasia Apriliani Asraf, Prayunda Potabuga dan Laras Wulandari.
Meskipun masih semester 3, mereka memandang bahwa sosialisasi pencegahan akan perilaku-perilaku intoleransi adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap nilai-nilai budaya toleransi yang menjadi sangat krusial untuk senantiasa terawat di lingkungan sekolah. Sosialisasi tersebut merupakan bagian dari penerapan mata kuliah wawasan budaya yang diajar langsung oleh ibu Indriani Idris.
“Pencegahan terhadap sikap intoleransi di lingkungan sekolah merupakan hal yang sangat fundamental untuk mendorong terbangunnya sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama siswa yang berbeda keyakinan maupun budaya,” Jelas Ketua Kelompok mahasiswa, Dikma Wulan Sari.
Mereka mengatakan bahwa sejatinya urgensi Pencegahan intoleransi di lingkungan sekolah dipengaruhi oleh dampak intoleransi yang menggambarkan sukarnya suatu kelompok untuk menerima dan menghargai hakikat perbedaan etnis, budaya dan agama yang kemudian dialami sebagai hal yang sangat mengancam kesatuan kelompok karena terjadi dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesat, dimana dunia ada dalam genggaman.
Sosialisasi yang dilaksanakan pada Rabu, 13 Desember 2023 itu pun disambut hangat oleh pihak sekolah dan dihadiri oleh lebih dari 30 orang siswa yang merupakan siswa kelas VII.
“Materi yang kita muat dalam sosialisasi ini meliputi konsep intoleransi yaitu apa itu intoleransi, bentuk-bentuk intoleransi, faktor-faktor yang menyebabkan orang bersikap intoleransi, kemudian akibat dari intoleransi serta bagaimana cara untuk bersikap toleransi kepada semua orang,” Ujar Dikma.
Sementara itu, Dikma menyampaikan bahwa proses sosialisasi itu sendiri dirangkaikan dalam 3 bentuk kegiatan, yakni pemberian materi yang dilaksanakan dengan metode ceramah. Yang kedua adalah penayangan video terkait pencegahan intoleransi dan yang ketiga yakni sesi diskusi atau tanya jawab.
“Setelah itu kita melakukan evaluasi kembali, apakah siswa benar-benar sudah memahami materi mengenai pencegahan intoleransi,” Lanjutnya.
Pencegahan terhadap sikap intoleransi di sekolah dinilai sudah seharusnya dipandang sebagai nilai-nilai yang wajib diterapkan. Dimana ruang-ruang pengembangan sikap harus dijalankan secara beriringan dengan praktik-praktik kegiatan Ektrakurikuler seperti pramuka dan lainnya.
“Sehingga pencegahan sikap intoleransi tidak hanya sekedar penerimaan materi, melainkan juga bisa lebih mudah terjewantahkan melalui kegiatan positif yang menjunjung tinggi toleransi dan sikap saling menghargai. Sudah saatnya tenaga pendidik bergerak mendidik dengan hati, mengutamakan sikap toleransi dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya,” Papar Dikma.
Sementara itu, Kepala sekolah SMP Negeri 13 Kota Gorontalo, Hasyim Gani mengaku bersyukur dan senang atas adanya layanan sosialisasi mengenai pencegahan sikap intoleransi kepada siswa. Dirinya berharap sosialisasi tersebut dapat memberikan dampak baik kepada siswa dan membuat para siswa dapat lebih bijak dalam mengambil sikap untuk saling menghargai dan menghormati.
“Kami sangat senang dengan sosialisasi diluar kelas pembelajaran seperti ini, karena selain meningkatkan jam produktif anak didik, kami juga berharap mereka nantinya bisa lebih bijak lagi dalam mengambil sikap untuk bisa saling menghargai dan menghormati,” Tegas Kepala Sekolah, Hasyim Gani.
(Jefri Potabuga)