, Kabupaten Gorontalo – Koperasi merupakan Pilar Negara sekaligus soko guru perekonomian nasional, yang menjadi bagian tidak terpisahkan pada sistem perkonomian nasional.
Sebagai badan yang dibentuk untuk mengelola kegiatan usaha yang berlandaskan asas kekeluargaan serta demokrasi ekonomi. Koperasi harus mengikuti perkembangan zaman yang serba digital.
Saat ini, koperasi wajib bertransformasi dari sistem konvesionalnya agar terus eksis sebagai guru perekonomian nasional. Untuk mewujudkan Koperasi Digital, tentu membutuhkan berbagai upaya. Salah satunya dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang koperasi itu sendiri.
Peningkatan SDM itupun, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, lewat pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di masing-masing daerah.
Salah satu Asessor Muda sekaligus Manager Ekakraf Multimedia dari KPRI Ekaprasetya Kabupaten Gorontalo, Alan Pakaya, S.I.Kom menilai, pelatihan tentang pengelolaan koperasi saat ini sudah sangat baik. Namun, lebih baik lagi, jika pelatihan yang dilakukan dapat mengoptimalkan pemahaman secara digital kepada pengawas, pengurus, maupun anggota.
“Karena kita ketahui bersama, bahwa saat ini zaman terus berubah. Teknologi saat ini terus diupdate. Sehingga itu, pola pengelolaan koperasi yang dulunya konvensional dituntut untuk bertransformasi ke arah digitalisasi dengan memanfaatkan teknologi,” ujar Alan, Senin (23/8/2021).
Tantangan dalam mewujudkan Koperasi Digital tersebut, salah satunya terletak pada faktor usia dari pengelola koperasi itu sendiri. Dimana saat ini, para pengelola koperasi masih didominasi oleh mereka yang telah berinjak usia lanjut. Meski begitu, usia bukanlah penghalang bagi mereka untuk terus belajar. Kesempatan untuk memahami perkembangan teknologi masih terbuka lebar jika didukung dengan pelatihan yang optimal.
“Pola kerja koperasi berbasis digital itu, tidak dilihat dari satu faktor saja. Berbagai aspek harus seimbang. Mulai dari sistem, pelaksanaan, hingga manajerial koperasi itu harus lebih melek teknologi. Nah, yang paling penting adalah para pengurus koperasi,” kata Alan.
Mengenai faktor usia, lanjut Alan, dapat diatasi dengan cara kolaborasi. “Ya, disinilah kolaborasi antara mereka yang sudah senior dan para kaum millennial dibutuhkan. Koperasi memang sudah seharusnya melibatkan para pemuda. Tapi, para seniorpun harus membagi pengalaman kepada mereka yang muda tentang cara berorganisasi di dalam koperasi,” tukasnya.
Kedepan Alan berharap, pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak terkait dapat dirangkaikan dengan sosialisasi tentang perkoperasian kepada para kaum millennial.
“Mereka yang muda-muda wajib mendapatkan informasi lebih tentang koperasi agar mereka juga mau dan tertarik untuk menjadi bagian dari koperasi. Jangan sampai, koperasi ini terus menerus hanya dikenal sebagai tempat simpan pinjam saja. Padahal, masih banyak jenis usaha lain yang bisa dibangun melalui koperasi,” pungkas Alan.
“Kalau perlu di Gorontalo, dilahirkanlah sebuah Koperasi Pemuda,” tutupnya.