Gorontalo — Pandemi Covid-19 telah meninggalkan banyak jejak keprihatinan di banyak sektor, terutama bagi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Namun, di tengah sulitnya bertahan, terdapat kisah-kisah inspiratif yang mengajarkan tentang ketangguhan untuk bertahan dan bangkit.
Salah satunya adalah kisah inspiratif Kalsum Dunda, pemilik Sumber Usaha Karawo, produsen Kain Sulaman Karawo yang menghasilkan omset hampir Rp 1 Miliar dalam setahun. Kepada Dailypost.id, Wanita berusia 58 tahun itu membagikan kisah inspiratifnya pada Sabtu (09/03/2024).
Karawo sendiri adalah kain tradisional khas Gorontalo dengan berbagai motif sulaman menggunakan benang polos maupun warna-warni.
Berdiri sejak tahun 2004 dengan modal awal hanya Rp 100 ribu, Sumber Usaha Karawo yang berlokasi di Desa Mongolato, Kecamatan Telaga itu awalnya hanya memproduksi sapu tangan, taplak meja, dan sarung bantal kursi sulaman karawo. Kalsum, yang sebelumnya bekerja sebagai pekerja sulam karawo di rumah produksi milik bibinya sejak tahun 1970-an, akhirnya memutuskan untuk membangun usahanya sendiri di bidang yang sama setelah 30 tahun berkiprah di industri tersebut.
Seiring berjalannya waktu, produk-produknya semakin bervariasi, termasuk selendang dan seragam dengan motif sulaman karawo. Namun, saat Covid-19 menerjang pada awal 2020, usahanya ikut oleng dan terpuruk.
Menurut pengakuan Kalsum, saat itu pesanan sulaman karawo di tempatnya sangat sepi, bahkan pada beberapa kesempatan, tidak ada pesanan sama sekali.
“Saat pandemi, pesanan sulaman karawo di tempat saya sangat sepi. Bahkan jika ada pesanan pun, saya harus pontang-panting mencari pinjaman modal ke tetangga agar bisa membeli bahan-bahan yang diperlukan,” ungkapnya.
Hingga suatu hari pada tahun 2021, Kalsum dipertemukan dengan Bank Indonesia (BI) dan menjadi salah satu UMKM binaan BI. Dukungan dari BI membuka jalan bagi Kalsum untuk mendapatkan fasilitas KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI).
“Pada tahun 2021, saya direkomendasikan ke BRI untuk mendapatkan KUR sebesar Rp 200 juta dengan angsuran Rp 4,7 juta per bulan. Selain mendapat fasilitas KUR, saya juga mendapat pendampingan hingga saat ini,” ungkap Kalsum.
Saat ini, rumah produksi sulaman karawo milik Kalsum telah mempekerjakan sekitar 50 orang. Fasilitas KUR dari BRI pun digunakan Kalsum untuk membeli bahan baku dan membayar upah pekerja. Ia membeberkan, omset yang diraup dari usaha miliknya mencapai Rp500 juta rupiah pertahun pada tahun 2021, dan meningkat menjadi Rp900 juta rupiah pada tahun 2023.
“Omset pada tahun 2021 ada sekitar Rp 500juta, karena saya memproduksi yang siap pakai, dan 2023 meningkat Rp 900 juta dalam setahun,” ungkap Kalsum.
Meskipun hanya lulusan SD, Kalsum berhasil menembus batas kesuksesan melalui usaha yang gigih. Namun, tantangan yang dihadapi Kalsum saat ini bukan lagi tentang modal, melainkan keterbatasan sumber daya manusia, terutama saat pesanan membludak. Untuk mengatasinya, ia pun menjalin kolaborasi dengan UMKM binaan BRI lainnya.
“Tantangan saat ini bukan lagi masalah modal karena sudah mendapatkan KUR dari BRI, tetapi keterbatasan sumber daya manusia, terutama saat pesanan banyak. Oleh karena itu, saya berkolaborasi dengan UMKM binaan BRI lainnya untuk memenuhi permintaan-permintaan pelanggan,” tambahnya.
Usaha milik Kalsum pun saat ini berhasil menembus pasar hingga Jawa Barat, Jakarta, Balikpapan dan Makassar berkat promosi melalui media online. Kedepan, ia berencana untuk melakukan ekspansi ke pasar internasional dan fokus pada pemberdayaan perempuan serta kelompok-kelompok di sekitarnya.
“Saya berencana agar produk saya bisa ekspor dan kedua lebih fokus dalam memberdayakan perempuan atau kelompok-kelompok di sekitar sini,” tambahnya.
Sementara itu, Tya, pemilik toko dari ‘Cintya Butik’ mengakui bahwa kain sulaman karawo dari Sumber Usaha Karawo milik Kalsum selalu memukau dengan konsistensi dalam segi bahan, harga, dan kualitas sulaman.
“Saya sudah lama menjadi langganan kain sulaman karawo dari Sumber Usaha Karawo untuk dijual kembali di butik saya. Selain kualitas kainnya yang sangat baik, sulaman yang dihasilkan juga sangat rapi dan konsisten,” ungkap Tya.
Dukungan BRI Terhadap UMKM
Junior Associate Mantri BRI Unit Telaga, Septiansi Mamula, menjelaskan bahwa program KUR saat ini mendapat perhatian yang signifikan dari pelaku UMKM, terutama karena suku bunga yang sangat rendah.
“Dengan suku bunga sebesar 6 persen per tahun, atau setara dengan 0,5 persen per bulan, program KUR saat ini menjadi pilihan yang menarik bagi para pelaku UMKM di wilayah ini,” ujar Septiansi.
Ia menambahkan bahwa syarat dan proses pengajuan KUR relatif mudah, dengan catatan bahwa calon nasabah harus memiliki usaha yang telah berjalan minimal selama 6 bulan, termasuk di dalamnya pengrajin dan usaha lainnya di sektor produksi.
Selain memasarkan produk-produk pinjaman BRI kepada masyarakat, pihaknya juga turut serta dalam upaya pendampingan untuk mendukung kesuksesan program Klaster UMKM di desa-desa yang menjadi fokusnya.
“Kami melakukan pendampingan untuk memastikan produk dari masing-masing klaster ini dapat naik kelas,” kata dia.
Septiansi memaparkan data terbaru per tanggal 29 Februari 2024, yang menunjukkan bahwa ada sebanyak 2.266 UMKM di Kecamatan Telaga yang telah mendapatkan fasilitas KUR dari BRI. Terutama, sektor yang paling banyak mendapat manfaat dari program ini adalah industri kerajinan dan produksi.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) terus fokus menyalurkan kredit ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satunya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Menurut keterangan Sekretaris Perusahaan BRI, Agusta Hendy Bernadi, hingga akhir September 2023, total penyaluran KUR oleh BRI mencapai angka yang mengesankan, yakni sebesar Rp 107,84 triliun.
KUR tersebut telah diberikan kepada sekitar 2,3 juta debitur UMKM di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa mayoritas dari total penyaluran KUR BRI telah dialokasikan untuk sektor produksi. Proporsi ini mencapai 56,42 persen dari total kredit yang disalurkan.
(Vita Pakai)