Jakarta- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan prediksi puncak musim hujan tahun 2023/2024, yang kemungkinan besar akan terjadi pada Januari dasarian III hingga Februari dasarian I tahun 2024.
Dengan 385 zona musim (ZOM) atau 55 persen wilayah yang diprediksi akan terpengaruh, sejumlah daerah seperti Jambi bagian barat, Sumatera Selatan, Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Tengah dan Selatan, sebagian Sulawesi bagian utara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua bagian barat diperkirakan akan memasuki musim hujan pada bulan Februari mendatang.
Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menekankan pentingnya memperhatikan perkembangan prakiraan cuaca untuk mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Masyarakat diimbau untuk mengikuti informasi terkini dari BMKG guna melakukan langkah mitigasi yang tepat.
Waspada Lonjakan Kasus DBD dan Leptospirosis
Dalam menghadapi intensitas musim hujan yang tinggi, dr Dicky Budiman, seorang pakar epidemiologi, memperingatkan tentang peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Risiko genangan air di luar ruangan memicu penyebaran nyamuk Aedes aegypti, penular DBD. Selain itu, genangan dalam rumah juga perlu diperhatikan untuk mencegah penyakit ini.
Pakar kesehatan menyarankan masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan dan mengeliminasi genangan air di sekitar rumah. Gejala awal DBD, seperti demam, nyeri kepala, sakit di belakang bola mata, hingga nyeri sendi, perlu diwaspadai, dan bila terjadi, segera konsultasikan ke fasilitas kesehatan.
Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan RI juga mencatat adanya potensi peningkatan kasus leptospirosis selama musim hujan. Penyakit ini dipicu oleh infeksi bakteri dari genus Leptospira dan dapat menimbulkan dampak serius. Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap dampak kesehatan yang mungkin terjadi selama periode musim hujan.
(*)