https://wa.wizard.id/003a1b

Gen Z Wajib Menolak Solusi Dua Negara, Ilusi Damai dalam Cengkeraman Zionisme

Dailypost.id
Ilustrasi/ist
sa shop gorontalo
Penulis: Nilawati Harun, S.E | Aktivis Dakwah

DAILYPOST.ID Opini — Gen Z Wajib Menolak Solusi Dua Negara, Ilusi Damai dalam Cengkeraman Zionisme
Dalam pekan ini, dunia kembali dikejutkan oleh tindakan Israel yang mencegat dan menyita kapal-kapal Global Sumud Flotilla—misi kemanusiaan internasional yang membawa bantuan untuk warga Gaza. Salah satu agenda flotilla ini berasal dari Bandung, diorganisir oleh komunitas SJP (Students for Justice in Palestine). Kapal-kapal itu tidak membawa senjata, tidak membawa politik, hanya membawa satu hal: kemanusiaan. Namun, mereka justru dihadang, ditahan, dan dicap sebagai ancaman. Ini bukan sekadar insiden; ini adalah simbol bahwa kemanusiaan pun telah menjadi musuh dalam sistem apartheid yang dijalankan oleh negara Zionis Israel.

Ketika kapal-kapal kemanusiaan diblokade dan para relawan ditahan, dunia tidak bisa lagi berdalih bahwa konflik Palestina-Israel adalah konflik lokal atau sekadar “masalah Timur Tengah.” Ini adalah cermin kegagalan dunia internasional dalam menjaga nilai-nilai paling mendasar: keadilan, kemanusiaan, dan hak atas kehidupan.
Gen Z, sebagai generasi yang paling terhubung secara global dan paling sadar terhadap isu-isu keadilan sosial, tidak boleh tinggal diam. Apalagi ketika informasi tidak lagi dimonopoli oleh media arus utama yang selama ini bias terhadap narasi Barat.

Solusi Dua Negara, Jalan Buntu yang Terus Digaungkan

Solusi Dua Negara (Two State Solution) telah menjadi jargon diplomasi internasional sejak Deklarasi Oslo 1993. Namun, hampir tiga dekade berlalu, apa yang sebenarnya terjadi? Wilayah Palestina justru terus menyusut. Tembok-tembok pemisah, pos militer, pemukiman ilegal Yahudi, dan embargo ekonomi terus mempersempit ruang hidup warga Palestina.

Gaza, yang disebut-sebut sebagai “penjara terbuka terbesar di dunia”, menjadi bukti nyata bahwa solusi dua negara tidak memberikan kemerdekaan sejati bagi Palestina. Solusi ini hanyalah strategi politik untuk melanggengkan status quo penjajahan Israel dengan wajah diplomatik. Maka ketika sebagian dari kita masih menyuarakan solusi dua negara, sesungguhnya kita sedang menyetujui perbudakan modern dengan baju “perdamaian.”

Mengapa Gen Z Harus Menolak? Karena kita tidak hidup dalam ruang hampa sejarah. Generasi muda saat ini adalah generasi yang mewarisi trauma global atas kolonialisme, rasisme, dan ketidakadilan sistemik. Gen Z telah menyuarakan keadilan untuk George Floyd di Amerika, ikut mengampanyekan keadilan iklim, hingga menolak rasisme struktural di berbagai belahan dunia. Maka inkonsistensi terjadi jika Gen Z diam atau bahkan mendukung solusi yang sejatinya melanggengkan penjajahan atas Palestina.

Penolakan terhadap solusi dua negara bukan berarti penolakan terhadap perdamaian. Sebaliknya, ini adalah penolakan terhadap perdamaian palsu yang hanya menguntungkan pihak penjajah. Ini adalah bentuk resistensi terhadap sistem internasional yang gagal menciptakan keadilan substansial.
Insiden flotilla terbaru menjadi bukti bahwa rezim Zionis tidak tertarik pada solusi damai. Mereka hanya memahami bahasa dominasi dan kekuatan. Setiap langkah damai yang tidak menguntungkan Israel akan diblokade, dihancurkan, atau dicap sebagai terorisme.

Zionisme bukan sekadar ide nasionalisme Yahudi, tapi ideologi eksklusif yang melegalkan penjajahan, pengusiran, dan apartheid atas dasar identitas. Ini sebabnya banyak tokoh Yahudi anti-Zionis juga menolak tindakan Israel.

Solusi Nyata untuk Palestina

Jika solusi dua negara terbukti gagal, maka pertanyaan logis berikutnya adalah apa alternatifnya? Banyak kalangan meyakini bahwa hanya dengan membongkar sistem kolonial Israel secara total dan menggantinya dengan sistem keadilan yang berpihak pada hak rakyat Palestina, pembebasan sejati bisa terjadi. Bagi kelompok Islam politik, hal ini hanya mungkin terjadi melalui tegaknya sistem kepemimpinan Islam global (Khilafah), yang menjamin persatuan umat dan pembebasan tanah suci.

Saatnya Gen Z Memilih Posisi. Kita berada di titik kritis sejarah. Gen Z tidak bisa terus menjadi penonton yang pasif. Dunia tengah menanti generasi muda yang tidak sekadar mengunggah infografis, tetapi juga membangun kesadaran kritis terhadap struktur penindasan global.

Menolak solusi dua negara bukan tentang menolak perdamaian. Ini tentang menolak tipu daya yang menormalisasi penjajahan. Palestina bukan sekadar isu luar negeri—ini adalah isu moral, isu kemanusiaan, dan isu keberpihakan.

Share:   
Korek Api Keren Touch Screen
Exit mobile version