Gorontalo – Warga Desa Olele, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Sulawesi Utara, kini lebih siap menghadapi ancaman bencana alam seperti abrasi pantai dan kenaikan muka air laut berkat inisiatif mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Desa pesisir yang berada di Teluk Tomini ini, dengan topografi rendah 0–22 meter di atas permukaan laut, sebelumnya rentan karena minimnya sistem mitigasi, jalur evakuasi yang tidak jelas, serta warga yang belum terlatih tanggap darurat.
Secara geografis, Desa Olele berada di koordinat 0°24’41.25″ LU dan 123°08’52.93″ BT, dengan luas wilayah 2.950 km². Posisi ini membuat desa rawan terhadap bencana kemaritiman. Selama ini, ketiadaan peta rawan bencana dan minimnya keterlibatan masyarakat menyulitkan warga untuk bertindak cepat saat musibah, sementara erosi pantai dan kurangnya informasi memperburuk ketidaksiapan komunitas.
Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik, mahasiswa menghadirkan solusi berbasis teknologi untuk mitigasi bencana. Mereka menyusun Peta Rawan Bencana menggunakan ArcGIS 10.8, yang memetakan zona risiko tinggi, jalur evakuasi, serta titik kumpul aman di area perkebunan dengan ketinggian 50–70 meter.
Selain pemetaan, tim juga memasang papan penunjuk jalur evakuasi di setiap dusun dan menggelar pelatihan simulasi bencana. Kegiatan ini melibatkan aparat desa, karang taruna, dan kelompok nelayan.Hasilnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mitigasi bencana meningkat, dan peta rawan bencana kini dipajang di balai desa sebagai sumber informasi publik yang mudah diakses.
Pemerintah desa berkomitmen melanjutkan program ini dengan membentuk tim relawan siaga bencana dan memperbarui peta secara tahunan. Inisiatif ini menjadikan Desa Olele sebagai contoh nyata desa tangguh bencana di wilayah pesisir Gorontalo, memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan partisipasi masyarakat untuk masa depan yang lebih aman dan siap menghadapi bencana.














