Pendekatan Revolusioner: Menghapus Memori Buruk dengan Asosiasi Positif

DAILYPOST.ID Jakarta– Kemampuan untuk menghapus atau melemahkan kenangan buruk telah lama menjadi fokus penelitian dalam penanganan trauma dan masalah kesehatan mental. Kini, para ilmuwan menemukan pendekatan baru yang menjanjikan: melemahkan memori negatif dengan mengaktifkan kembali memori positif.

Dilansir Science Alert, sebuah penelitian internasional yang melibatkan 37 peserta menunjukkan bahwa memori buruk dapat diubah melalui prosedur yang memanfaatkan asosiasi positif.

https://wa.wizard.id/003a1b

Dalam eksperimen ini, peserta dilatih untuk mengaitkan gambar negatif—seperti luka atau hewan berbahaya—dengan kata-kata tak bermakna. Gambar positif, seperti lanskap damai atau anak-anak tersenyum, digunakan untuk mereprogram sebagian dari asosiasi tersebut.

Baca Juga:   207 Gugatan Sengketa Pilkada Masuk MK, Proses Sidang Dimulai

Setelah pelatihan, kata-kata yang telah diasosiasikan dengan gambar negatif kemudian dipasangkan dengan gambar positif pada hari kedua eksperimen.

Pada malam hari, saat peserta memasuki fase tidur non-rapid eye movement (NREM)—fase yang penting untuk pengolahan memori—peneliti memutar ulang rekaman kata-kata tak bermakna ini. Aktivitas otak peserta dipantau menggunakan elektroensefalografi (EEG).

Hasil menunjukkan peningkatan aktivitas gelombang theta di otak, yang terkait dengan pemrosesan memori emosional, ketika kata-kata yang diasosiasikan dengan isyarat positif diputar saat tidur.

Pada hari berikutnya, melalui kuesioner, ditemukan bahwa peserta:

  1. Kurang mampu mengingat memori negatif yang telah diubah melalui prosedur.
  2. Lebih sering memunculkan memori positif, dan memandang kata-kata tersebut dengan sudut pandang emosional yang lebih baik.
Baca Juga:   Korupsi LNG Pertamina: Peran Ahok di Tengah Kasus yang Merugikan Negara

Peneliti menyimpulkan bahwa intervensi tidur noninvasif ini berpotensi memodifikasi ingatan buruk dan respons emosional terhadapnya.

Meski hasilnya menjanjikan, penelitian ini memiliki batasan:

  • Dilakukan dalam kondisi laboratorium yang sangat terkontrol, sehingga mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan.
  • Gambar negatif dalam eksperimen memiliki dampak emosional yang jauh lebih ringan dibandingkan pengalaman traumatis di dunia nyata.

Mengubah memori traumatis yang lebih mendalam kemungkinan memerlukan metode yang lebih kompleks dan waktu lebih lama.

Penelitian ini menambah pemahaman tentang bagaimana otak memutar ulang memori selama tidur dan bagaimana proses ini dapat dikontrol. Meski membutuhkan penelitian lebih lanjut, temuan ini membuka peluang besar untuk pengobatan trauma dan kenangan patologis.

Baca Juga:   Presiden Prabowo Subianto: APEC Harus Jadi Model Kerja Sama Inklusif

“Intervensi ini menunjukkan potensi besar untuk melemahkan memori aversif atau traumatis,” tulis para peneliti dalam makalah mereka.

(d10)

 

Share:   

FOLLOW US ON FACEBOOK
FOLLOW US ON INSTAGRAM
FOLLOW US ON TIKTOK
@dailypost.id
ekakraf multimedia