sa shop gorontalo

Gaza Kelaparan, Butuh Solusi Tuntas

Dailypost.id
Gaza Kelaparan, Butuh Solusi Tuntas (Ist/VOA)

DAILYPOST.ID Opini — Blokade total terhadap Gaza yang berlangsung sejak 2 Maret lalu telah mengakibatkan penduduk Gaza mencapai titik kritis, Dimana orang orang kehabisan cara untuk bertahan hidup. Pasalnya, pada 25 April kemarin Program Pangan Dunia (WFP) mengirimkan stok makanan terakhir yang tersisa ke dapur umum di jalur Gaza. Menurut data PBB, WFP mendukung 37 dapur umum yang sebelumnya mampu memproduksi sekitar 500.000 porsi makanan setiap hari. Hingga kini belum diketahui berapa dapur yang masih dapat terus beroperasi setelah stok dari WFP habis. (Kompas.com 25/4)

Dengan dalih menekan kelompok Hamas agar membebaskan para sandera yang masih ditahan, Zion*s memblokade Gaza dari segala arah. Mereka memborbardir Gaza hingga rata menjadi tanah. Tidak puas, mereka membunuh warga Gaza dengan memblokade bantuan makanan, obat-obatan, dan kemanusiaan.

https://wa.wizard.id/003a1b

Dunia menyaksikan kekejaman Zion*s, tetapi Barat, PBB, dan penguasa muslim pura-pura buta. Penguasa muslim tidak mampu berbuat apa-apa terhadap Zion*s, sekumpulan manusia keji yang jumlahnya hanya sepersekian persen dari jumlah penduduk muslim sedunia. Bahkan, Zion*s yang berjumlah 9,4 juta jiwa hanyalah remah kecil bagi 2,02 miliar umat Islam.

Kelaparan Gaza Tanggung Jawab Umat

Kelaparan Gaza adalah tanggung jawab kita bersama sebagai umat Islam. Nabi ﷺ bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari No. 2262).

Kita tahu bahwa kaum muslimin secara individu dan berkelompok masih terus berupaya untuk mengirimkan bantuan berupa makanan, obat-obatan dan sebagainya. Tapi ironisnya, Z*onis menutup rapat akses bantuan-bantuan tersebut sehingga krisis masih terus terjadi di Gaza. Maka dari itu sangat dibutuhkan kesatuan pemikiran umat untuk Bersatu menolong saudara muslim di Gaza, yaitu pengiriman bantuan militer untuk melawan Z*onis.

Baca Juga:   Negosiasi Perang Israel dan Hamas Temui Jalan Buntu

Sayangnya hingga saat ini tidak ada satupun negeri-negeri muslim yang berani mengirimkan bantuan militer. Padahal, beberapa negeri-negeri muslim memiliki kekuatan militer yang lebih kuat dari Z*onis itu sendiri. Seperti Pakistan, Iran, Mesir, Turki dan Indonesia. Alih alih mengirimkan bantuan militer, Indonesia justru berencana mengevakuasi warga Gaza. Hal ini jelas mendukung ide AS untuk menguasai wilayah Palestina dengan dalih membangun kambali Gaza setelah kehancurannya. Jelas ini sangat bertentangan bahkan jadinya mengkhianati perjuangan kaum muslimin yang selama ini menjaga, mempertaruhkan nyawanya untuk kemuliaan Baitul maqdis.

Ide ini sejatinya adalah konsekuensi logis bila negara-negara muslim masih tunduk di bawah AS dan sekutunya. Maka berharap atas solusi yang ditawarkan AS atau organisasi internasional PBB. Sudah sangat tampak posisi PBB lemah dan tidak berdaya ketika berhadapan dengan kepentingan AS dan sekutunya.

Sejarah lahirnya PBB pun tidak terlepas dari pengaruh AS sebagai penguasa dunia. Hal ini sudah dijelaskan Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir hlm. 205 yang isinya, “Setelah berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ada keinginan untuk membatasi keanggotaannya hanya pada negara-negara yang terjun dalam peperangan melawan Jerman, yaitu negara-negara Kristen dan negara-negara lain yang mengikutinya. Akan tetapi, karena AS ingin memperluas pengaruhnya di dunia dan memasukkan negara-negara di dunia di bawah naungannya, AS memperluas keanggotaan PBB dan membolehkan negara-negara di dunia untuk masuk ke dalamnya.

Namun demikian, AS dan negara-negara Kristen lainnya tetap tidak menoleransi prinsip mana pun untuk masuk ke dalam Undang-Undang Internasional dan peraturan PBB itu. Sebaliknya, prinsip–prinsip negara Kristenlah yang tetap menjadi asas Undang-Undang Internasional bahkan menjadi Undang-Undang Internasional itu sendiri dan asas peraturan PBB. Prinsip-prinsip tradisional negara-negara Kristen atau negara-negara kapitalis inilah yang kini mencengkeram komunitas manusia di seluruh dunia. Mereka mengabaikan sama sekali berbagai konvensi dan pemikiran negara-negara lain. Yang menambah ruwet permasalahan adalah negara-negara Kristen Eropa atau negara-negara kapitalis ini tidak menyerahkan urusan penerapan prinsip-prinsip tradisional tersebut yang kemudian menjadi Undang-Undang Internasional kepada sanksi moral, sebagaimana halnya konvensi internasional. Penerapan prinsip-prinsip tradisional itu juga tidak hanya diserahkan kepada pihak yang terikat dengan prinsip itu. Sebaliknya, negara-negara kapitalis itu memaksakan penerapan prinsip-prinsip ini dengan kekuatan senjata dan memberlakukannya ke seluruh negara di dunia, baik kepada negara yang memegang prinsip itu maupun yang tidak. Negara-negara kapitalis ini tetap menjadikan dirinya sebagai polisi dunia untuk menerapkan peraturan dan undang-undang internasional atau apa yang mereka sebut sebagai tata dunia. Jelas ini merupakan aktivitas yang sangat mengerikan dan salah satu penyebab penderitaan dunia, yaitu adanya komunitas internasional menurut konsep Eropa dan adanya apa yang mereka sebut sebagai undang-undang internasional.”

Baca Juga:   Israel Ancam akan Terus Bombardir Jalur Gaza saat Ramadan

Umat Islam memiliki tanggung jawab terhadap Palestina hingga negeri tersebut dibebaskan dengan jihad yang akan dikomando khalifah. Khalifah mampu menjadi perisai hakiki umat sebagaimana dahulu Palestina berada di bawah naungan kekuasaan Islam.

Jihad Solusi Tuntas

Upaya pembebasan Palestina serta mengakhiri penjajahan yang dilakukan oleh rezim Zionis merupakan sebuah keharusan moral dan tanggung jawab bagi umat Islam. Dalam sejarah Islam, Shalahuddin al-Ayyubi menjadi simbol perlawanan terhadap pendudukan, bukan melalui kompromi politik, melainkan melalui perjuangan nyata seperti yang ia tunjukkan dalam Pertempuran Hittin, ketika pasukannya berhasil mengalahkan tentara Salib dan mengakhiri kekuasaan mereka atas wilayah-wilayah Muslim. Tradisi perjuangan umat Islam tidak pernah ditandai dengan kerelaan untuk tunduk pada penjajahan, apalagi terhadap kekuatan yang secara terbuka menentang eksistensi Islam.
Jihad dan Khilafah adalah solusi paripurna bagi Palestina yang harus terus disuarakan sebagai kewajiban kita dalam upaya membebaskan Palestina dari penjajahan dan penderitaan. Hukumnya fardhu, sebagaiamana Allah SWT berfrman:
وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ ۝١٩٠
“Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (TQS. Al-Baqarah ayat 190)
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah dalam buku Asy-Syakhshiyyah al-Islāmiyyah (Kepribadian Islam) menjelaskan makna jihad adalah mengerahkan segenap kemampuan dalam perang di jalan Allah, baik secara langsung berperang, maupun dengan memberikan bantuan untuk perang, misalnya bantuan berupa harta, pendapat, memperbanyak pasukan perang, dan lain-lain.

Baca Juga:   Perdana Menteri Israel Tolak Tawaran Gencatan Senjata di Gaza

Khilafah akan mengerahkan tentara reguler (jaisy) maupun cadangan (rakyat) hingga semua negeri muslim yang terjajah bisa dibebaskan dan kembali ke pangkuan Khilafah. Khilafah tidak akan mau berkompromi dengan negara-negara Barat maupun lembaga-lembaga internasional yang nyata-nyata melindungi Zion*s. Khilafah juga tidak akan terikat dengan perjanjian ataupun solusi dua negara yang diprakarsai oleh Barat. Khilafah akan menjadi negara independen, tidak boleh disetir oleh negara lain. Pembebasan Palestina akan menjadi agenda utama Khilafah sejak hari pertama berdirinya.

Selain itu, umat harus berjuang mewujudkan cita-cita besar membebaskan Palestina dari kelaparan, penjajahan dan penderitaan dengan melakukan dakwah yang berpengaruh, yakni mengubah pemikiran serta membersihkan pemahaman umat dari ideologi sekuler kapitalisme hingga terbentuk pemahaman Islam yang benar dan kafah.

Semua ini membutuhkan upaya berkelanjutan melalui pembinaan intensif secara personal dan komunal yang dilakukan kelompok dakwah yang lurus dan ideologis. Ini dilakukan agar umat memiliki pemahaman yang sama bahwa solusi satu-satunya bagi Palestina adalah jihad dan Khilafah. Umat harus memahami bahwa untuk mengembalikan kekuatan, persatuan, dan kekuasaan Islam butuh penerapan syariat Islam kafah melalui tegaknya Khilafah.
Wallahu’alam bishowab.

Share:   

FOLLOW US ON FACEBOOK
FOLLOW US ON INSTAGRAM
FOLLOW US ON TIKTOK
@dailypost.id
ekakraf multimedia