Jakarta – Perayaan Idulfitri 1445 Hijriah atau lebaran tahun ini diprediksi akan jatuh pada tanggal yang sama menurut perhitungan lembaga-lembaga pemerintah dan Muhammadiyah. Kondisi hilal atau fase awal Bulan penanda awal hijriah telah memenuhi syarat semua kriteria, sehingga diprediksi tidak akan ada perbedaan penetapan hari besar Islam.
Dalam menentukan awal bulan hijriah, baik Pemerintah maupun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengikuti kriteria MABIMS, sementara Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal.
Kriteria MABIMS menetapkan awal hijriah saat hilal di magrib hari sebelumnya memiliki tinggi minimal 3 derajat dan elongasi atau jarak sudut Matahari-Bulan minimal 6,4 derajat. Sementara Muhammadiyah tetap menghitung bulan baru selama ketinggian hilal sudah terhitung di atas 0 derajat.
Dalam prediksi BMKG, saat Matahari terbenam pada tanggal 9 April, tinggi hilal di Indonesia berkisar antara 4,88 derajat hingga 7,63 derajat, dengan elongasi antara 8,39 derajat hingga 10,22 derajat. Hal ini memenuhi syarat kriteria MABIMS.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa (BRIN) Thomas Djamaluddin menyatakan bahwa berdasarkan kriteria MABIMS, 1 Syawal 1445 H akan jatuh pada 10 April 2024. Hal ini juga diperkuat dengan prediksi BMKG yang menunjukkan kriteria hilal telah terpenuhi pada 9 April.
Sementara itu, Muhammadiyah juga mengumumkan bahwa Idulfitri 1 Syawal 1445 H akan dimulai pada tanggal 10 April 2024, berdasarkan kriteria wujudul hilal.
Prediksi serentaknya Idulfitri tahun ini menunjukkan keselarasan antara berbagai lembaga dalam menentukan awal bulan Syawal. Diharapkan, hal ini akan memberikan kepastian dan keseragaman dalam penentuan hari besar Islam bagi seluruh umat.
Pemberitaan ini turut disampaikan dalam acara Media Lounge Discussion (MELODI) di kantor BRIN oleh Thomas Djamaluddin, sebagai salah satu peneliti yang terlibat dalam pemantauan kondisi hilal.