Gorontalo — Provinsi Gorontalo mencatat penurunan angka kemiskinan pada Maret 2024. Menurut data terbaru, persentase penduduk miskin di provinsi ini turun menjadi 14,57 persen, berkurang 0,68 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pj. Gubernur Gorontalo, Rudy Salahuddin, menyampaikan capaian ini dalam Rapat Koordinasi Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem 2024 Regional IV wilayah Sulawesi, yang digelar secara virtual pada Kamis (8/8/2024).
Rudy menegaskan bahwa penurunan persentase penduduk miskin ini sejalan dengan upaya yang dilakukan pemerintah daerah.
“Persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo pada Maret 2024 adalah 14,57 persen, turun 0,58 persen dari Maret 2023. Meski demikian, garis kemiskinan di Gorontalo mengalami peningkatan,” jelas Rudy di hadapan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, serta kepala daerah lainnya.
Dominasi Kemiskinan Ekstrem oleh Rumah Tangga Besar dan Pendidikan Rendah
Dalam paparannya, Rudy juga mengungkapkan bahwa kemiskinan ekstrem di Gorontalo masih didominasi oleh rumah tangga besar dengan anggota lebih dari lima orang per rumah. Selain itu, rata-rata usia kepala rumah tangga yang berada dalam kemiskinan ekstrem adalah 46 tahun, dan sekitar 7,83 persen kepala rumah tangga tersebut adalah perempuan. Sebagian besar dari mereka tidak menyelesaikan pendidikan dasar, atau hanya mencapai jenjang Sekolah Dasar (SD).
“Mayoritas dari mereka adalah petani yang tidak memiliki lahan sendiri, sehingga mereka tidak memiliki akses yang memadai untuk meningkatkan kesejahteraan,” ujar Rudy. Kondisi inilah yang menyebabkan garis kemiskinan ekstrem di Gorontalo tetap tinggi meskipun ada penurunan jumlah penduduk miskin secara keseluruhan.
Strategi Intervensi Terpadu untuk Menurunkan Kemiskinan Ekstrem
Ke depan, Rudy menekankan bahwa pemerintah provinsi akan fokus pada intervensi yang lebih terarah dan terpadu. Tidak hanya menyasar keluarga miskin ekstrem di desil 1 dan desil 2, tetapi juga memperhatikan kantong-kantong kemiskinan yang berkaitan dengan masalah lain seperti stunting, tingkat perceraian muda, dan pernikahan dini.
“Kami sangat fokus untuk menurunkan kemiskinan ekstrem dan juga mencegah munculnya keluarga miskin baru di masa depan,” tambahnya.
Menko PMK Muhadjir Effendy dalam kesempatan yang sama menekankan pentingnya kreativitas dan inovasi dari pimpinan daerah dalam menurunkan kemiskinan ekstrem. Menurutnya, meskipun kedua hal ini berbeda, keduanya tidak dapat dipisahkan.
“Kreativitas adalah cara berpikir, sementara inovasi adalah cara bertindak,” kata Muhadjir.
Dengan kombinasi strategi yang tepat dan pemanfaatan kreativitas serta inovasi, Provinsi Gorontalo diharapkan dapat terus menekan angka kemiskinan ekstrem dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.