Gorontalo– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan untuk membantu anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi ternyata menyimpan kisah-kisah mengharukan. Beberapa cerita yang viral di media sosial dan menjadi perhatian publik mengungkapkan perjuangan anak-anak dari keluarga kurang mampu dalam menyikapi bantuan makanan ini.
Sebuah video yang diunggah akun TikTok @4nna412 memperlihatkan seorang siswa SD di Gorontalo menolak makan makanan yang diberikan dalam program MBG. Saat ditanya alasannya, bocah itu menjawab dengan polos, “Karena di rumah nggak ada nasi.”
Anak tersebut berniat membawa makanan itu pulang untuk ibunya. Meski dibujuk untuk makan, ia akhirnya hanya mengambil susu dan menyimpan kembali kotak makanannya. Unggahan ini telah mendapat lebih dari 23 ribu tanda suka dan memicu empati dari warganet.
Kisah serupa datang dari Danang, seorang siswa kelas III SD di Sumatera Selatan. Saat Satreskrim Polres Ogan Ilir membagikan makan siang gratis, Danang menolak memakannya di sekolah.
Dia menjelaskan ingin membawa pulang makanan itu untuk dimakan bersama adiknya yang masih kecil. “Sayang adik,” katanya. Momen ini terekam dalam video yang menyentuh hati banyak orang.
Kasat Reskrim Polres Ogan Ilir, AKP Muhammad Ilham, mengatakan program pembagian makan siang bergizi ini merupakan bagian dari inisiatif yang akan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai Januari 2025.
Devi, seorang siswi SD di Sumatera Selatan, juga memilih membawa pulang makanannya untuk dibagi bersama ibunya. Fakta bahwa Devi adalah anak yatim yang tinggal dengan ibu dan kakaknya membuat kisah ini semakin pilu.
Menurut AKP Yetty Gultom, yang terlibat dalam program tersebut, Devi berjalan kaki ke sekolah setiap hari, diantar kakaknya.
“Ibunya bekerja sebagai ART dari pagi sampai siang. Mendengar ceritanya, saya ikut menangis haru,” ujar Yetty.
Polda Sumatera Selatan berencana memberikan bantuan tambahan untuk keluarga Devi, menunjukkan bahwa program ini bukan hanya tentang makanan, tetapi juga berbagi kasih kepada mereka yang membutuhkan.
Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa program MBG lebih dari sekadar menyediakan makanan. Ia menjadi simbol perhatian terhadap kesenjangan sosial yang masih ada di Indonesia.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar anak-anak, membantu mereka meraih prestasi, dan memberikan dampak positif bagi keluarga yang kurang mampu.
(d10)