Gorontalo — Dalam langkah visioner yang jarang dilirik banyak daerah, Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail mengubah ancaman limbah menjadi peluang emas. Gorontalo membidik limbah medis dari Sulawesi Utara (Sulut) untuk diolah menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), memanfaatkan incinerator berkapasitas raksasa yang baru saja beroperasi.
Di hadapan pengurus Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Gorontalo yang dilantik di Gedung Bele li Mbui, Sabtu (26/04/2025), Gusnar memaparkan skema besar ini. Ia mengungkapkan bahwa telah terjalin komitmen dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk memusnahkan seluruh limbah medis mereka di Gorontalo.
“Dengan Pak Yulius, Gubernur Sulut, kita sudah berkomitmen. Semua limbah B3 rumah sakit dari Sulawesi Utara akan dimusnahkan di Gorontalo. Ini peluang besar untuk PAD kita,” ujar Gusnar optimistis.
Berbekal incinerator hibah dari Kementerian Lingkungan Hidup yang mampu membakar 200 kilogram limbah per jam, Gorontalo siap mengubah limbah medis menjadi ladang penghasilan. Dengan biaya pemusnahan Rp4.500 per kilogram, potensi pendapatan sangat menjanjikan, apalagi jika mendatangkan limbah dari luar daerah.
Gusnar mengilustrasikan, satu kontainer sampah medis dari Sulut saja bisa bernilai besar. Belum lagi, Gorontalo sendiri menghasilkan 856 ton limbah medis per tahun dari 147 fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes) yang ada, mencakup rumah sakit, puskesmas, dan klinik.
Fasilitas pengolahan limbah yang berlokasi di Desa Talumelito, Kecamatan Telaga Biru itu diklaim sebagai incinerator terbesar di Sulawesi. Keunggulan kapasitas ini membuka peluang Gorontalo untuk menjadi regional hub pengolahan limbah medis di kawasan timur Indonesia. (d09/adv)