Harga Minyak Terjun Bebas, Konflik Israel-Iran Redakan Ketegangan Pasar

Dailypost.id
Minyak Dunia (Ilustrasi/Ist)

DAILYPOST.ID Jakarta — Harga minyak mengalami penurunan signifikan pada perdagangan awal Asia, Selasa (15/10), dengan penurunan mencapai 3 persen. Penurunan ini disebabkan oleh laporan yang menyatakan bahwa Israel bersedia untuk tidak menyerang target minyak Iran, yang meredakan kekhawatiran mengenai gangguan pasokan minyak di pasar global.

Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun sebesar US$2,27 menjadi US$75,19 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal AS juga mengalami penurunan sebesar US$2,22, menjadi US$71,60 per barel pada pukul 01.27 GMT. Dengan penurunan ini, harga minyak mengalami penurunan total sebesar US$4 dalam satu pekan, hampir menghapus semua keuntungan yang didapat dalam tujuh sesi sebelumnya.

https://wa.wizard.id/003a1b

Kekhawatiran akan risiko pasokan yang muncul akibat rencana balasan Israel terhadap serangan rudal dari Iran sebelumnya telah menguatkan harga minyak. Namun, pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyampaikan kepada AS bahwa Israel lebih memilih untuk menyerang target militer Iran dan bukan target nuklir atau minyak, telah menurunkan ketegangan dan meredakan kekhawatiran tersebut.

Di sisi lain, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) baru-baru ini mengumumkan pemangkasan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 dan 2025. Dalam sebuah catatan, analis di ANZ Research menjelaskan bahwa ini merupakan penurunan peringkat bulanan ketiga berturut-turut, yang menunjukkan bahwa proyeksi sebelumnya yang optimis telah mulai meleset.

Implikasi Ekonomi Global

OPEC juga mencatat bahwa Irak belum membuat kemajuan dalam pemangkasan tambahan yang dijanjikan untuk mengatasi kelebihan produksi. Selain itu, penurunan pengiriman minyak mentah ke China—sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia—selama sembilan bulan pertama tahun ini, juga berkontribusi pada penurunan harga. Data menunjukkan bahwa impor minyak ke China turun hampir 3 persen dibandingkan tahun lalu. OPEC memprediksi bahwa pertumbuhan permintaan minyak dari China akan dipangkas dari 650 ribu barel per hari (bph) menjadi 580 ribu bph, menambah kekhawatiran di pasar.

Tekanan deflasi yang dialami China semakin memburuk pada bulan September, yang memicu keraguan di kalangan investor mengenai besarnya paket stimulus yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali perekonomian terbesar kedua di dunia. Hal ini menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di pasar minyak, yang sangat bergantung pada permintaan dari China.

Dengan semua faktor yang mempengaruhi harga minyak saat ini, termasuk ketegangan geopolitik dan penyesuaian permintaan global, pasar minyak terlihat bergejolak. Para pelaku pasar diharapkan untuk terus memantau perkembangan ini, karena dampaknya bisa meluas ke sektor ekonomi yang lebih luas.

(D08)
Share:   

FOLLOW US ON FACEBOOK
FOLLOW US ON INSTAGRAM
FOLLOW US ON TIKTOK
@dailypost.id
ekakraf multimedia