Kelaparan Sebagai Metode Perang

Riski Kakilo

Penulis: Zahrotul Firdausy (Aktifis Dakwah)

DAILYPOST.ID Opini – Krisis Gaza belum berakhir, bahkan bisa dikatakan sedang berada diluar batas kemanusiaan. Ancaman genosida baru sedang menghadang.  Fakta ini ditunjukkan dari data menurut seorang dokter kepada BBC, jumlah anak Gaza yang menderita kelaparan telah mencapai 900.000 anak, dan 70.000 diantara mereka mengalami malnutrisi. Jumlah ini bisa dikatakan bahwa lebih dari 90% penduduk Gaza mengalami kelaparan parah. Data Ini belum termasuk infrastruktur yang hancur, rumah sakit, air, listrik yang tidak berfungsi, juga pembunuhan yang dilakukan militer Israel terhadap warga Palestina saat mencoba mendapatkan makanan di Gaza sejak Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) mulai beroperasi 27 Mei 2025. Data mencatat bahwa hingga 21 Juli 2025 sekitar 1.054 orang tewas di Gaza saat berusaha mendapatkan makanan, 766 di antara mereka tewas di sekitar lokasi GHF dan 288 di dekat konvoi bantuan PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya. (BBC.Com).

Israel memberlakukan blokade penuh sejak 2 maret 2025, berarti bahwa Israel telah menerapkan upaya selama lebih dari 18 minggu kepada Gaza yang menyebabkan tidak ada makanan yang masuk ke wilayah tersebut hingga harga sekantong tepung terigu seberat satu kilogram telah melonjak menjadi lebih dari US$100 (Rp1,6 juta) di pasar lokal (BBC.com).  Ini berarti pula bahwa Israel telah menjadikan kelaparan sebagai salah satu metode perang melawan Gaza dan tentu hal ini adalah cara yang sangat keji.  Lebih dari itu realitas ini pula telah menunjukkan kepada kita bahwa kekejian Israel tidak akan mampu hanya diselesaikan dangan permainan retorika dan bantuan kemanusiaan.  Karena meraka dibela oleh kekuatan negara adidaya hari ini yakni Amerika Serikat.  Lalu bagaimana dengan PBB? Deretan fakta diatas juga cukup untuk menjawab, bahwa PBB yang selama ini dielukan sebagai lembaga internasional untuk menciptakan perdamaian dunia tak mampu menjalankan fungsinya alias mandul.  Bahkan organisasi negara muslim dengan seluruh penguasanya juga tak mampu memberikan presure lebih kepada Israel untuk berhenti melakukan kekejiannya kepada saudara mereka sesama muslim. Dunia bisa dikatakan gagal menolong Gaza.

Baca Juga:   Uni Eropa Meradang, Israel Hancurkan Sekolah Palestina di Tepi Barat

Apa yang terjadi di Gaza adalah hasil bencana buatan manusia dan ini terkesan sebagai hukuman politik yang harus dilakukan oleh Israel secara kolektif.  Mereka berharap dengan metode kelaparan akan mampu membunuh secara perlahan warga Gaza, yang kemudiaan menjadi tergambar nyata impian mereka ketika mampu menguasai Gaza.  Kelaparan telah menjadi senjata mematikan yang siap menusuk pada warga Gaza.  Kelaparan dijadikan sebagai satu upaya sistemik oleh Israel untuk memukul mundur Hamas dan warga Palestina.   Kelaparan maknanya adalah pelemahan secara fisik, bahkan lebih jauh lagi adalah pembunuhan warga Gaza. Tentu disaat seperti ini tidak cukup mengupayakan semaksimal mungkin dari sekedar bantuan kemanusiaan meski bantuan kemanusiaan tetap dibutuhkan.  Sebab, kelaparan yang terjadi adalah buah dari penjajahan, buah dari embargo dan pengabaian global.  Kelaparan sebagai senjata politik tidak akan berimbang jika hanya diselesaikan dengan bantuan kemanusiaan.

Memahami bahwa kelaparan di Gaza adalah kelaparan sistemik, kelaparan tersebab embargo dan pengabaian global tentu meniscayakan untuk diselesaikan secara sistemik pula.  Demikianlah tabiat kehidupan, semua berjalan harus seimbang. Dan karena menyelesaikan masalah Gaza akan bisa berhasil jika dilakukan secara berimbang.  Jika Israel melakukan pelemahan Gaza dilakukan karena bantuan kekuatan dari negara-negara lain. Maka krisis Palestina akan menjadi berimbang jika dilakukan dengan bantuan kekuatan dari negara lain. Dan salah satu bentuk bantuan tersebut adalah seruan agar negara-negara muslim mengerahkan pasukannya untuk membela Palestina. Bahkan jika kekuatan Israel menghadapi Palestina bisa berlangsung lama karena dukungan negara adidaya Amerika, maka menjadi berimbang jika kaum muslimin membela Palestina dengan kekuatan negara adidaya yang pernah dicontohkan dalam masa kholifah Abu Bakar ra, kholifah Umar bin khattab ra, kholifah Utsman bin affan ra, maupun kholifah Ali bin Abi Thalib ra yang selama ini dikenal oleh kaum muslimin dengan khulafaur rasyidin. Dengan ini krisis Palestina akan mengarah pada titik terang, yakni kehidupan yang selaras dengan kemanusiaan.

Share:   

FOLLOW US ON FACEBOOK
FOLLOW US ON INSTAGRAM
FOLLOW US ON TIKTOK
@dailypost.id
ekakraf multimedia