sa shop gorontalo

Lemito Tenggelam dalam Janji, Banjir Datang Tanpa Kepastian Solusi!

Editor: Febrianti Husain
Mahasiswa asal Lemito, Reinaldi Abdjul

DAILYPOST.ID Pohuwato– Banjir kembali merendam Kecamatan Lemito, Kabupaten Pohuwato, untuk ketiga kalinya dalam kurun waktu kurang dari setahun. Warga pun mulai kehilangan kesabaran atas belum adanya solusi konkret dari pemerintah daerah.

Mahasiswa asal Lemito, Reinaldi Abdjul, alias Adi, menilai bencana ini tidak bisa lagi dianggap sebagai musibah biasa. Ia menduga banjir diperparah oleh aktivitas industri di hulu sungai yang menyebabkan kerusakan pada ekosistem aliran air. Dampaknya, saat hujan turun dengan intensitas tinggi, air sungai meluap dan membanjiri permukiman.

“Ini bukan soal hujan semata. Aktivitas industri di hulu jelas mempengaruhi aliran sungai, dan kami di hilir yang selalu jadi korban,” ujar Adi, saat diwawancarai, Sabtu, (5/4/2025).

Baca Juga:   Ahli Waris Lawan Dugaan Pemalsuan Sertifikat Tanah, DPD LAKI Siap Kawal!

Pemerintah Kabupaten Pohuwato memang telah mengirimkan alat penyedot air sebagai bentuk penanganan cepat. Namun, menurut Adi, langkah ini hanya kosmetik dan tidak menyentuh akar persoalan.

“Alat penyedot aer itu datang pas aer so surut,” sindirnya, menyoroti ketidak tepatan waktu dan fungsi dari alat tersebut.

Adi berharap pemerintah daerah, khususnya Bupati Pohuwato dan anggota DPRD dari Dapil III, tidak menutup mata atas situasi yang terus terjadi ini. Ia meminta agar Lemito tidak hanya dilirik saat musim kampanye, melainkan juga saat rakyatnya benar-benar membutuhkan kehadiran negara.

Baca Juga:   Normalisasi Sungai dan Rehabilitasi Hutan, Solusi Hendra-Wasito bagi Masa Depan Gorontalo

“Lemito harus dibangun, bukan dirusak lalu dijadikan tempat cari suara saat pemilu. Ini soal keberlangsungan hidup kami,” tegasnya.

Kritik juga disampaikan kepada Camat Lemito yang dinilai belum maksimal mencari solusi menyeluruh dan jangka panjang. Menurut Adi, jika tidak ada kebijakan yang lahir dari pemimpin daerah, maka rakyat berhak untuk bersuara dan bergerak sendiri.

“Jangan salahkan rakyat kalau nanti akan bersuara dan bertindak. Lemito bukan milik pemerintah, Lemito milik rakyat,” tegasnya.

Masyarakat kini mendambakan solusi nyata mulai dari kajian lingkungan di hulu, normalisasi sungai, hingga pembangunan infrastruktur yang tahan banjir. Sebab, banjir bukan sekadar air yang datang dan pergi, tetapi cermin dari absennya negara di tengah warganya yang berjuang mempertahankan hidup.

Baca Juga:   2 Warga Positif Corona, Gorut Tereliminasi Dari Zona Hijau

#LemitoBukanMilikPemerintah dan #LemitoMilikRakyat.

(fyh)

Share:   
https://wa.wizard.id/003a1b

FOLLOW US ON FACEBOOK
FOLLOW US ON INSTAGRAM
FOLLOW US ON TIKTOK
@dailypost.id
ekakraf multimedia