Jakarta — Harga minyak mentah Brent meraih puncak baru sejak April kemarin, menandai kenaikan yang signifikan setelah laporan penurunan stok AS. Pada Kamis (4/7), harga minyak Brent berjangka naik tipis menjadi US$87,55 per barel, sedangkan minyak WTI AS mencatat kenaikan menjadi US$84,06, mengambil keuntungan dari pergerakan tipis saat libur Hari Kemerdekaan AS.
Kenaikan ini didorong oleh laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) yang mencatat penurunan stok minyak sebesar 12,2 juta barel, jauh melebihi perkiraan analis. Sebelumnya, Brent telah mencatat penutupan tertinggi sejak April lalu di US$87,34 per barel. Situasi ini membuat pasar minyak global memantau dengan cermat dinamika geopolitik di Gaza serta hasil pemilu di Perancis dan Inggris.
Para analis seperti Martin King dari RBN Energy menekankan bahwa kondisi perdagangan saat ini sedang sepi, dengan fokus terhadap pasar fisik dan faktor-faktor geopolitik yang mempengaruhi sentimen. Tamas Varga dari PVM menambahkan bahwa pelemahan dolar AS dan prospek cerah permintaan bahan bakar AS juga turut mendukung harga minyak saat ini.
Meskipun demikian, terdapat kekhawatiran terhadap perlambatan permintaan, terutama setelah data menunjukkan penurunan tak terduga dalam pesanan industri Jerman pada bulan Mei lalu. Hal ini menambah ketidakpastian terhadap pemulihan ekonomi di Eropa, yang diiringi dengan peningkatan permohonan tunjangan pengangguran di AS.
Di tengah kondisi ini, analis memperkirakan bahwa data ekonomi yang lebih lemah dapat mendorong Federal Reserve AS untuk menurunkan suku bunga, yang berpotensi mendukung pasar minyak dalam jangka panjang. Sementara itu, Saudi Aramco telah memangkas harga minyak mentah ringan Arab yang dijual ke Asia untuk Agustus mendatang, mencerminkan tekanan yang dihadapi oleh produsen OPEC akibat persaingan dengan pasokan non-OPEC yang terus meningkat.
Dengan prospek pengurangan produksi dari OPEC+ dan ekspektasi penurunan lebih lanjut dalam persediaan minyak, Bank Swiss UBS bahkan memperkirakan bahwa harga minyak Brent dapat mencapai US$90 per barel dalam waktu dekat.
(d08)