Gorontalo– RSUD M.M Dunda Limboto memberikan klarifikasi terkait kematian Melanda Uno, seorang pasien asal Desa Duwanga, yang meninggal dunia pada Rabu (27/11/2024). Wakil Direktur RSUD Dunda, Andi Naue, menegaskan bahwa pihak rumah sakit tidak melakukan pembiaran terhadap pasien tersebut.
“Kami turut berduka cita dan meminta maaf atas kejadian ini. Kami ingin menegaskan bahwa tenaga medis telah berupaya maksimal, tetapi kondisi pasien tidak dapat tertolong,” ujar Andi kepada Tribun Gorontalo pada Senin (2/12/2024).
Menurut Andi, Melanda Uno datang dengan keluhan panas, sesak, serta riwayat batuk. Pasien sebelumnya diketahui menderita hipokalemia, yakni kondisi rendahnya kadar kalium dalam darah.
Setelah tiba di Unit Gawat Darurat (UGD) sekitar pukul 15.00 WITA, dokter melakukan pemeriksaan awal, termasuk konsultasi dengan dokter spesialis interna, pemeriksaan laboratorium, serta foto thorax. Berdasarkan hasil lab, tidak ditemukan indikasi infeksi paru, sehingga pasien diarahkan untuk ditangani dokter spesialis interna.
Pasien dipindahkan ke ruang Irina F bawah pada pukul 18.00 WITA dan dipasangi oksigen. Hasil laboratorium menunjukkan kondisi hemoglobin rendah (8 gram), kadar kalium 3 mEq/L, trombosit hanya 78 ribu (normalnya 150-450 ribu), serta GDS 91. Menyadari kondisi tersebut, dokter memerintahkan transfusi darah dengan kebutuhan 8-10 kantong trombosit.
Namun, upaya pencarian darah trombosit terkendala. Hingga pagi hari, rumah sakit hanya mendapatkan dua kantong. Dokter kemudian memulai transfusi dengan kantong yang tersedia sambil memberikan cairan untuk meningkatkan tekanan darah pasien.
Sayangnya, ketika kantong darah berikutnya tiba, pasien sudah meninggal dunia.
“Qadarullah, kami telah berupaya semaksimal mungkin. Namun, ketika trombosit tiba, pasien sudah tiada,” jelas Andi.
Pihak keluarga, melalui Hadijah Uno, bibi almarhumah, menyampaikan kekecewaan mendalam terhadap pelayanan rumah sakit. Mereka menduga keterlambatan transfusi darah menjadi penyebab utama kematian Melanda Uno.
Menurut Hadijah, keluarga merasa dirugikan karena proses penanganan yang terkesan lamban.
“Kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi, terutama bagi keluarga lain yang membutuhkan pelayanan kesehatan,” katanya.
Andi Naue mengakui adanya keterbatasan dalam ketersediaan darah di rumah sakit. Ia menjelaskan bahwa proses pengadaan trombosit membutuhkan waktu, terutama ketika kebutuhan mendesak.
“Kami sedang mengevaluasi sistem manajemen darah agar situasi seperti ini tidak terjadi lagi. Kami juga berkomitmen untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat,” tambahnya.
RSUD Dunda Limboto berjanji akan memperbaiki prosedur operasional dalam menangani kasus darurat, termasuk koordinasi lebih cepat dalam penyediaan darah. Rumah sakit juga mengimbau masyarakat untuk mendukung ketersediaan stok darah melalui donor darah sukarela.
(d10)