Gorontalo — Dalam perjalanan merintis usaha, ada pepatah yang mengatakan bahwa setiap tantangan adalah kesempatan yang terselubung. Pepatah ini tampaknya sungguh mewakili kisah perjalanan Ira Susanto Malik dalam membangun bisnis Abon D’Lira, sebuah produk abon yang tak hanya mencuri hati masyarakat lokal, namun juga menarik perhatian hingga ke luar negeri.
Berawal dari tawaran untuk menyuplai protein kepada pengungsi pasca Tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, pada bulan September 2018. Dengan latar belakang keahliannya dalam membuat olahan ikan, Ira menerima tantangan tersebut meskipun belum pernah memproduksi dalam jumlah besar.
Dalam waktu singkat, Ira berhasil memproduksi abon dalam jumlah besar dan mengirimkannya ke Palu. Dari sinilah lahirnya Abon D’Lira. Awalnya hanya sebagai respon ‘panggilan jiwa’ terhadap kebutuhan mendesak di Palu, namun lambat laun permintaan untuk abon ini terus mengalir.
“Awalnya memproduksi ini tanpa hitungan, saya dikasih amanah untuk mengolah protein hewani maupun nabati yang diminta untuk pengungsi di Palu. Dan menurut saya ini adalah kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial,” ujar Ira mengenang perjalanan awal usahanya.
Berkat kepiawaiannya dalam mengolah ikan menjadi abon saat itu, Ia pun berhasil memenuhi permintaan 200 kg Abon Tuna, 180 kg Abon Cakalang, Tempe, dan Teri.
“Gak nyampe tiga hari setelah dikirim ke Palu, ada permintaan lagi sampai tiga kali. Dari situ saya berpikir bahwa abon yang saya olah ini ternyata diminati di luar sana, berarti abon ini enak donk? Dan Allahualam ini enak beneran atau gak, akhirnya saya tekuni,” imbuhnya.
Setelah berhasil memenuhi permintaan kemanusiaan itu, Ira mulai mencoba membangun bisnis di bidang ini, dan mencoba memperluas jangkauan bisnisnya. Ia tak hanya menyediakan abon secara konvensional, tetapi juga membuka saluran pemasaran melalui platform online seperti Instagram, Facebook, Shopee, Tokopedia, dan website D’Lira.id.
Ira pun menjelaskan asal-usul bisnis ini dinamakan D’Lira. Dimana “L” berasal dari nama putra mereka, Lilo, sementara “IR” adalah singkatan dari Ira, dan “A” mewakili nama sang suami, Anang. Dengan demikian, Lira adalah akronim yang menggabungkan inisial dari ketiga anggota keluarga tersebut dengan harapan bisnis keluarga ini akan menjadi sumber manfaat bagi banyak orang.
“Awalnya, kami menggunakan nama Lira sebelum dipatenkan di HaKI. Namun, saat proses pendaftaran, ternyata sudah ada klaim atas nama tersebut. Oleh karena itu, kami menambahkan huruf “D” di depan nama, mengadopsi konsep bahasa Inggris ‘The’,” ungkap lulusan Farmasi UGM itu.
Kini Abon D’Lira memiliki beragam varian olahan seperti Tuna, Cakalang, dan juga Roa. Keunikan dari Abon D’Lira tidak hanya terletak pada rasanya yang gurih dan tidak berminyak, tetapi juga pada keberhasilannya menembus pasar internasional. Dengan pengolahan dari ikan segar tanpa tambahan MSG dan pengawet, abon ini memiliki jangka waktu kadaluarsa hingga satu tahun, menjadikan nilai tambah yang membuat produk ini semakin istimewa di mata konsumen. Keputusan Ira untuk tidak mengorbankan kualitas demi kuantitas juga menjadi strategi yang patut ditiru.
Kunci kesuksesan Abon D’Lira tidak hanya terletak pada kualitas produknya, tetapi juga pada kemampuan Ira dalam memanfaatkan peluang dan mengakses sumber daya yang ada. Dia menjalani pelatihan dan mendapatkan dukungan dari Bank BRI pada 2019 melalui program Brilianpreneur, sebuah inkubator untuk UMKM yang memberikan bimbingan dan kesempatan pemasaran yang luas.
Berbekal semangat dan kemauan untuk terus berkembang, Ira tak henti-hentinya mengejar ilmu dan memperluas jangkauan pemasarannya. Peran Bank BRI melalui Rumah Kreatif Bersama (RKB) sebagai wadah untuk mendukung UMKM, seperti Abon D’Lira, diakui menjadi faktor kunci dalam perjalanan kesuksesannya. Melalui pelatihan, pendampingan, dan berbagai fasilitas lainnya, bisnis Abon D’Lira telah diberikan dukungan yang berarti.
Menurutnya, dukungan dari Bank BRI telah memberikan dampak yang signifikan bagi usaha Abon D’Lira. Selain memperluas jangkauan pemasaran, program ini juga mempertemukan Ira dengan calon pembeli potensial dari berbagai negara, termasuk Saudi Arabia.
Keberhasilannya tidak berhenti di situ. Abon D’Lira mulai menarik perhatian pembeli dari luar negeri, mulai dari Polandia, Hongkong, Taiwan, dan China. Bahkan, pengiriman sampai ke Swedia dengan ongkos kirim yang mencapai angka yang fantastis, namun tetap diterima dengan baik oleh pelanggan.
“Saya pernah mendapat pesanan dari turis Polandia yang mau berlibur ke Bali. Beliau bela-belain transit ke Gorontalo dulu hanya untuk menjemput Abon D’Lira yang waktu itu ada sekitar 3 kg dipesannya melalui WA,” cerita Ira kepada Dailypost.id, Senin (01/04/2024).
Melalui pendampingan dan fasilitas yang didapatkan dari BRI, Abon D’Lira pun mampu naik kelas, terutama pasca pandemi Covid-19 yang membuat bisnisnya sempat ‘tiarap’ sejenak.
Meskipun mengalami penurunan permintaan selama pandemi, Abon D’Lira tetap bertahan dengan mengandalkan omset dari pesanan umroh dan toko-toko lokal. Ira, yang juga mempekerjakan warga sekitar sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, terus berusaha mengembangkan bisnisnya, baik dalam skala lokal maupun internasional.
“Saat pandemi Covid19, usaha saya sempat tiarap. Dimana biasanya pesanan yang datang sampai 5-6 daerah, tapi saat pandemi bisa dihitung hanya dua kota saja yang memesan,” ungkap wanita 48 tahun itu.
Sebagai seorang ibu dengan satu anak, Ira tidak hanya harus mengurus keluarga tetapi juga mengelola bisnisnya dengan baik. Sebelum merintis Abon D’Lira bersama suami, Ira bekerja di Jakarta, bahkan pernah bekerja di sebuah pabrik kosmetik. Namun, semangat dan keinginannya untuk mandiri membuatnya memutuskan untuk memulai usaha sendiri, meskipun harus berjuang dari bawah.
Saat ini, Bisnis Abon D’Lira mampu memproduksi hingga 30 kg Abon dalam sebulan dengan omset rata-rata sekitar 50 juta rupiah. Ira pun memiliki visi untuk mengembangkan jangkauan bisnisnya hingga mencapai pasar global secara lebih luas lagi.
“Di bawah Rp 1 Miliar pertahun, atau kalau dirata-ratakan saya ambil jumlah paling rendahnya Rp 50 juta perbulan. Karena fluktuasi yang tidak stabil kadang bisa lebih dari itu sebulannya. Harapannya produk saya bisa tembus di toko-toko yang ada di luar negeri,” ucap Ira.
Di balik kesuksesannya, Ira tidak lupa akan tanggung jawab sosialnya. Ia mempekerjakan lima orang karyawan dari masyarakat sekitar, memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal. Dan hingga saat ini, ia masih terlibat dalam program pendampingan UMKM dari BRI, yang memberikan pelatihan, bimbingan, manajemen keuangan, serta akses pasar yang lebih luas.
“BRI itu kan perusahaan besar dan sudah terkenal. Setiap ada kegiatan, mereka membuat stand dan menyediakan spanduk besar-besaran. Sebagai UMKM, kami difasilitasi dengan stand untuk berbagai acara. Dari situ, kami mendapat valuenya, karena BRI telah memberikan dukungan kepada kami. Dan saya rasa tidak mudah loh untuk menjadi binaan BRI,” tutur Ira.
Namun, Ira mengaku belum mengandalkan fasilitas kredit dari BRI karena belum siap, dan merasa masih cukup untuk mengelola omset yang diperoleh dari usahanya ini.
“Sebenarnya kalau dari segi omset saya mampu untuk mencicil, tapi ini soal tanggung jawab,” ungkapnya.
Sementara itu, Pimpinan BRI Cabang Limboto, Dede Sujana mengatakan, bahwa BRI memiliki program yang disebut Rumah Kreatif Bersama (RKB). Program ini dirancang khusus untuk mendukung dan memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“RKB adalah wadah yang menampung berbagai produk-produk unggulan dari UMKM, memberikan para pelaku UMKM kesempatan untuk memperluas jangkauan pasar mereka,” jelasnya.
Lebih lanjut kata Dede, RKB juga berfungsi sebagai pusat pelatihan bagi UMKM. Yang memfasilitasi berbagai pelatihan dan workshop yang dirancang untuk membantu UMKM meningkatkan keterampilan mereka, memahami pasar, dan mengembangkan bisnis mereka.
“BRI selalu berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan UMKM lokal melalui berbagai program pelatihan, pendampingan, dan akses keuangan. Tujuan utama kami adalah untuk memastikan bahwa UMKM memiliki semua alat dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk naik kelas dan sukses,” tutur Dede.
Saat ini, terdapat 770 UMKM di wilayah cabang Limboto yang telah terdaftar dan aktif berpartisipasi dalam program ini.
“Ini adalah bukti nyata dari komitmen kami untuk mendukung dan memberdayakan UMKM. Kami berharap untuk terus melihat pertumbuhan dan perkembangan dalam komunitas UMKM ini dan berkomitmen untuk terus mendukung mereka dalam setiap langkah mereka,” tegasnya.
Sebagai salah satu pelaku utama dalam mendukung pertumbuhan sektor UMKM di Wilayah Cabang Limboto, Pimpinan Cabang BRI Limboto, Dede Sujana, juga menyoroti peran penting usaha seperti Abon D’Lira dalam mengembangkan ekonomi lokal.
Dede pun mengungkapkan pandangannya terhadap perjalanan dan kontribusi yang telah dibawa oleh Abon D’Lira, usaha milik Ira Susanto Malik, dalam merintis bisnisnya.
“Saya melihat bahwa usaha UMKM seperti D’Lira memiliki dampak yang signifikan dalam memberikan dorongan ekonomi bagi masyarakat lokal,” ungkap Dede Sujana.
“Inisiatif dan dedikasi Ira Susanto Malik dalam membangun bisnis abonnya dari awal adalah contoh nyata semangat wirausaha yang patut diacungi jempol,” tambahnya.
Dede Sujana juga menyoroti peran strategis Bank BRI dalam mendukung perkembangan UMKM seperti D’Lira.
“Kami bangga menjadi mitra yang setia bagi UMKM seperti D’Lira dalam mewujudkan mimpi mereka,” kata Dede.
Selain memberikan apresiasi terhadap pencapaian D’Lira, Dede Sujana juga menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor perbankan dan UMKM.
“Kami percaya bahwa kolaborasi yang erat antara Bank BRI dan UMKM adalah kunci kesuksesan dalam memperkuat ekosistem bisnis yang inklusif dan berkelanjutan. Kami pun siap untuk terus memberikan dukungan dan bantuan kepada UMKM seperti D’Lira untuk mengembangkan potensi mereka dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” tegasnya.
(Vita Pakai)