– Angka kasus gangguan kesehatan mental telah menunjukkan tren peningkatan di skala Indonesia maupun global, hal ini terjadi jauh sebelum pandemi covid-19 bahkan semakin meningkat setelahnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang kompleks dan bisa bermacam–macam bentuknya, seperti depresi, kecemasan, bipolar, gangguan makan, dan skizofrenia. Berdasarkan riset dari Institute for Health Metrics and evaluation University of Washington tentang Global Burden of Disease 2019, bahwa gangguan kesehatan mental menjadi 10 penyebab teratas beban penyakit di seluruh dunia. (The Conversation, 11/10/22). Maka, kasus ini seharusnya menjadi perhatian besar bagi mayoritas negara untuk memperkuat Kesehatan mental.
Menurut penelitian yang termuat dalam makalah yang berjudul Indonesia-Nasional Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), sejumlah 2,45 juta remaja di Indonesia masuk kategori orang dalam gangguan jiwa.( ODGJ). Masih membekas, belum lama ini kisah seorang mahasiswa UGM mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri sebab ia belum bisa menerima kenyataan bahwa orang tuanya telah berpisah. Tak sedikit juga yang mengalami depresi karena kesulitan ekonomi, korban bully, bahkan korban pemerkosaan.
Pesatnya kasus gangguan mental di Gorontalo juga tak kalah mencengangkan. Pasalnya, karena meningkatnya ODGJ di Gorontalo, baik yang mengalami depresi ataupun yang banyak mengalami kecemasan, maka pada Ranperda diusulkan untuk membangun rumah sakit jiwa di Gorontalo.
Gangguan Kesehatan mental pada dasarnya memiliki 2 faktor penyebab, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri si penderita gangguan mental. Si penderita tidak mampu memahami kehidupannya dan belum bisa menerima takdir yang telah Allah tetapkan untuknya. Misalnya, sewaktu kecil ia memiliki trauma berat dan selalu menyalahkan keadaan dan menganggap masalahnya tidak ada jalan keluar sehingga dia depresi.
Faktor eksternal dari gangguan kesehatan mental berasal dari luar si penderita. Misalnya ia memiliki tuntutan hidup yang harus dipenuhi, tetapi akibat ekonomi yang menghimpit, keluarga sakit-sakitan, lingkungan pertemanan yang toxic, lapangan pekerjaan yang sepi, akhirnya pada system kapitalistik ini, memaksa manusia untuk berjuang banting tulang peras keringat memenuhinya dengan berbagai cara. Sehingga jika itu tidak dipenuhi, manusia depresi, cemas, hingga berakhir bunuh diri. Tidak ingatkah kita dengan kisah seorang ibu yang tega membunuh anak – anaknya karena ia mengira dengan ia menghabisi nyawa anak-anaknya, mereka akan berhenti merasakan kepahitan hidup. Setelah diperiksa ternyata ibu tersebut mengalami gangguan jiwa.
Kasus gangguan kesehatan mental bukan hanya permasalahan yang dialami oleh satu, dua, ataupun tiga orang. Tetapi ini adalah permasalahan yang sistemis dan haruslah dibutuhkan solusi sistemis. Maka, apakah ada solusi fundamental yang dapat menjadi problem solver dari masalah gangguan kesehatan mental manusia?
Tentu saja, setiap masalah pasti ada solusinya. Dan sejauh ini, penulis mendapati solusi tersebut ada pada Islam. Lantas, benarkah Islam mampu menyelesaikan masalah ini?
Islam adalah agama sempurna yang Allah turunkan dan juga sebagai pandangan hidup yang berasal dari Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu termasuk solusi menuntaskan gangguan mental pada manusia. Lantas, bagaimanakah cara Islam menyelesaikan problematika ini?
Pertama, Pengaturan dari aspek ruhiyah. Muroqabatullah dalam setiap keadaan, mengajak orang-orang untuk beriman kepada Allah. Islam mengajarkan dan menanamkan ketakwaan, kesabaran dan keikhlasan menghadapi cobaan. Dengan menyerahkan segalanya kepada Allah, maka jiwa akan merasa tenang dan tidak depresi ketika berhadapan dengan masalah.
Selain itu, Allah telah katakan bahwa manusia dimuka bumi ini diciptakan memiliki tujuan hidup yang jelas. Yaitu beribadah kepada-Nya. Uang, jabatan, harta kekayaan, bukanlah tujuan hidup yang mereka prioritaskan. Sehingga tatkala Allah mengujinya dengan kesulitan–kesulitan hidup, dia tidak akan depresi ataupun stress.
Kedua, the power of negara. Negara haruslah menjadi satu-satunya yang menegakkan menerapkan aturan Allah dibumi ini. Negara yang menerapkan Islam secara menyeluruh dapat mencegah atau menghilangkan apapun yang dapat memicu gangguan mental pada rakyatnya.
Dari segi medis, negara dalam Islam akan melakukan rehabilitas medis dan nonmedis bagi penderita gangguan mental melalui orang-orang yang berkompeten didalamnya.
Dari segi hukum dan perundang-undangan, negara dalam Islam akan membuat produk hukum yang akan memberi efek jera bagi pelaku kejahatan, agar tidak menyebabkan lahirnya orang-orang yang depresi. Contohnya Bagi para pemerkosa anak perempuan, mereka akan diberi sanksi yang sangat tegas, agar tidak ada lagi anak perempuan yang mengalami depresi karena trauma.