sa shop gorontalo

Palestina dan Kegagalan Sistem yang Ada

Dailypost.id
Palestines (ist)
Oleh: Sandyakala | Mahasiswa

DAILYPOST.ID Opini – Idulfitri seharusnya menjadi puncak kemenangan bagi umat Islam, momen perayaan setelah sebulan penuh menapaki jalan ketakwaan. Namun, bagi Palestina, kemenangan itu dirampas bahkan sebelum sempat dirasakan, takbir bercampur dengan suara ledakan, dan gemuruh tawa tergantikan oleh ratapan kehilangan. Pagi hari pada perayaan Idulfitri, Ahad, 30 Maret 2025, militer Israel melancarkan serangan udara ke Gaza, menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina, termasuk lima anak. Seperti dilaporkan Al Jazeera dan Tempo.co, serangan ini menambah panjang daftar kekejaman yang terus berulang di tanah para syuhada.

Bukan hanya di Palestina. Di berbagai penjuru dunia, umat Islam masih menghadapi penderitaan serupa. Ada yang terusir dari tanah kelahirannya, terpaksa mengungsi tanpa kepastian. Ada yang terombang-ambing di lautan, mencari daratan yang bersedia menerima mereka. Ada pula yang hidup dalam bayang-bayang ketakutan, diintimidasi, dipersekusi, dan dilenyapkan suaranya hanya karena mempertahankan hak dan keyakinan mereka.

https://wa.wizard.id/003a1b

Realita ini menunjukkan bahwa kebahagiaan umat belumlah sempurna, karena sebagian umat Islam, khususnya di Palestina, masih terjebak dalam pusaran penderitaan yang tak berkesudahan. Sejak jauh sebelum Ramadan, mereka telah hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian, menghadapi ancaman serangan yang bisa datang kapan saja. Bulan suci yang bagi umat Islam lain diisi dengan ketenangan dan ibadah, bagi mereka justru menjadi ujian bertahan hidup di tengah puing-puing kehancuran.

Tak ada jaminan keamanan, tak ada sahur dan berbuka dengan keluarga secara utuh, karena setiap hari bisa menjadi perpisahan terakhir. Bahkan saat Syawal tiba, ketika dunia bersuka cita merayakan kemenangan, mereka masih terkurung dalam kesengsaraan yang terus berlanjut. Bom tak berhenti meluncur, nyawa terus berjatuhan, dan harapan untuk merayakan Idulfitri dengan damai tetap menjadi kemewahan yang tak mereka miliki.

Baca Juga:   Serangan Terus Berlanjut, Pasukan Israel Serbu Rumah Sakit Nasser

Makin buruknya kondisi Palestina bukan sekadar tragedi kemanusiaan, tetapi juga cerminan dari kerusakan sistemik yang mencengkeram dunia hari ini. Umat Islam semakin terjepit, disudutkan, dan dipaksa menerima kenyataan pahit bahwa di bawah sistem yang sekarang bercokol, keadilan hanyalah ilusi, dan kebebasan hanyalah hak istimewa bagi segelintir pihak. Derita yang tak berkesudahan ini semestinya menjadi pukulan kesadaran bagi seluruh manusia, khususnya umat Islam, bahwa sistem yang saat ini mengatur dunia telah gagal total dalam menjaga harkat dan martabat manusia. Ia tak lebih dari alat bagi para pemilik kekuasaan dan modal untuk mempertahankan dominasi mereka, tanpa sedikit pun memberi ruang bagi keadilan hakiki.

Lebih dari sekadar membukakan mata, situasi ini seharusnya menggugah kesadaran kolektif bahwa sistem sekuler, yang menjauhkan agama dari pengaturan kehidupan, tengah berada di ambang kehancuran. Kerusakan yang ditimbulkannya begitu nyata—kesenjangan yang makin lebar, ketidakadilan yang makin brutal, dan penindasan yang terus berlangsung tanpa henti. Kapitalisme, yang menjadikan materi sebagai standar tertinggi, telah melahirkan peradaban yang rakus, di mana nyawa manusia diperdagangkan, hukum diperjualbelikan, dan kezaliman dilegalkan atas nama kepentingan politik dan ekonomi. Ketika sistem ini runtuh oleh kebobrokan yang diciptakannya sendiri, umat pasti akan mencari alternatif lain—dan satu-satunya pilihan yang shahih hanyalah Islam.

Islam bukan sekadar keyakinan spiritual, tetapi sebuah sistem kehidupan yang telah terbukti membawa peradaban gemilang selama berabad-abad. Sejarah mencatat bagaimana Islam membangun masyarakat yang sejahtera, di mana keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu, ilmu pengetahuan berkembang pesat, dan kehidupan manusia berjalan dalam harmoni. Ini bukan sekadar nostalgia masa lalu, tetapi bukti nyata bahwa Islam mampu menjadi solusi bagi segala problematika kehidupan. Bukan sekadar teori, tetapi sistem yang telah teruji, membawa kemakmuran di bawah naungan syariat yang sempurna. Kini, saat dunia berada di titik nadir, bukankah sudah waktunya umat kembali kepada sistem yang berasal dari Zat Yang Maha Mengetahui segala kebutuhan manusia?

Baca Juga:   Sejarah Panjang Konflik Israel-Palestina

Hal ini semakin menguatkan keyakinan umat bahwa fajar kemenangan Islam semakin dekat. Penderitaan yang dirasakan umat Islam, terutama di Palestina dan berbagai belahan dunia lainnya, telah menjadi isyarat jelas bahwa perubahan besar harus segera dilakukan. Umat Islam membutuhkan Khilafah untuk merasakan kebahagiaan hakiki yang tak hanya sebatas pada kebebasan duniawi, tetapi lebih dalam lagi, kebahagiaan yang terhubung dengan Ridha Allah SWT. Sebab, hanya dengan penerapan aturan Allah secara kaffah—secara menyeluruh dan sempurna—umat dapat hidup dalam kedamaian, keadilan, dan kemakmuran yang hakiki.

Khilafah bukan sekadar simbol politik atau sistem pemerintahan, tetapi merupakan sistem yang mengembalikan umat kepada fitrah Islam yang murni. Khilafah adalah pelindung hakiki bagi seluruh umat Islam, menjaga hak-hak mereka, memastikan keadilan ditegakkan, dan meneguhkan prinsip-prinsip syariat dalam setiap aspek kehidupan. Dalam sistem ini, umat Islam tidak hanya mencari kebahagiaan dunia, tetapi juga menggapai tujuan tertinggi mereka, yakni kebahagiaan yang diridhai oleh Allah SWT. Tanpa Khilafah, umat Islam akan terus terpecah, dan keadilan yang diharapkan akan tetap jauh dari jangkauan.

Baca Juga:   Pantas Berani Lawan Israel, Ternyata Begini Kekuatan Militer Iran!

Untuk itu, perjuangan menegakkan Khilafah harus menjadi agenda utama umat Islam. Umat harus bersatu dalam satu visi, bahwa Khilafah adalah jalan keluar dari segala permasalahan yang mereka hadapi. Tidak ada jalan lain yang dapat menyatukan umat secara menyeluruh selain dengan Khilafah, karena hanya sistem ini yang mengatur kehidupan umat Islam sesuai dengan prinsip-prinsip wahyu. Perjuangan ini membutuhkan kebersamaan dan kesatuan yang kuat, karena Khilafah adalah milik seluruh umat, bukan hanya sekelompok orang atau negara tertentu. Setiap individu, setiap kelompok, setiap organisasi dakwah, harus merasa bertanggung jawab untuk mewujudkan cita-cita besar ini.

Jamaah dakwah yang tulus dan ikhlas harus menjadi ujung tombak dalam membangun kesadaran umat, menyadarkan mereka tentang pentingnya Khilafah dalam kehidupan mereka. Melalui dakwah yang terus-menerus, umat akan dibimbing untuk memahami bahwa Khilafah bukan hanya pilihan, tetapi kewajiban yang harus ditegakkan demi kebaikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap lapisan umat harus terlibat aktif, bergerak bersama, bahu-membahu menegakkan Khilafah, karena hanya dengan Khilafahlah Islam dapat kembali melaksanakan misi peradaban besar yang telah ditinggalkan. Perjuangan ini adalah perjuangan yang tak kenal lelah, dan tiada kemenangan yang lebih mulia selain kemenangan dalam menegakkan sistem hidup yang telah digariskan oleh Sang Pencipta.

Share:   

FOLLOW US ON FACEBOOK
FOLLOW US ON INSTAGRAM
FOLLOW US ON TIKTOK
@dailypost.id
ekakraf multimedia