Opini– Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) Provinsi Gorontalo terus berupaya mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan di berbagai sektor sebagai langkah strategis untuk mengurangi angka kemiskinan. Hal ini menjadi fokus utama mengingat Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Gorontalo masih tergolong tinggi.
Adapun untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas PPA Provinsi Gorontalo telah meluncurkan berbagai program pemberdayaan ekonomi yang ditujukan khusus untuk kaum perempuan. Program-program tersebut meliputi pelatihan keterampilan, akses modal usaha, dan pendampingan untuk memulai bisnis kecil dan menengah. Harapannya mereka menjadi mandiri secara finansial. Dengan begitu, mereka dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mengurangi angka kemiskinan. Lantas benarkah memberdayakan perempuan secara ekonomi mampu menjadi solusi atas kesejahteraan perempuan dan keluarga mereka?
Ilusi Kesejahteraan Perempuan
Beban berat kehidupan yang ditanggung perempuan saat ini merupakan bukti bahwa berbagai program pemberdayaan perempuan dalam ekonomi telah gagal mewujudkan janji kesejahteraan perempuan. Kondisi ini juga menjadi bukti bahwa peradaban sekuler kapitalistik memberi ruang hidup yang buruk bagi perempuan.
Kebradaan perempuan dalam peradaban sekuler menjadikan kereka menjadi tidak paham hak-haknya sehingga tuntutannya sering salah arah. Adanya solus feminisme dan kesetaraan gender yang ditawarkan telah menipu banyak perempuan sehingga kebanyakan perempuan kehilangan peran keibuan, waktu berharga bersama anak-anak dan rapuhnya ketahanan keluarga.
Penting untuk dipahami bahwa dorongan negara-negara untuk memberdayakan perempuan dalam ekonomi tidaklah tulus dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para perempuan dan keluarga mereka. Tujuan sebenarnya—yang berasal dari pemerintahan kapitalis Barat—adalah dalam rangka mengamankan keuntungan ekonomi bagi negara. ilary Clinton dalam sebuah konferensi di Peru. Mengatakan bahwa, “Pembatasan partisipasi ekonomi perempuan membuat kita kehilangan banyak sekali pertumbuhan ekonomi dan pendapatan di setiap wilayah di dunia. Di Asia Pasifik, lebih dari $40 miliar dari PDB hilang setiap tahun.”
Dengan kata lain adanya narasi pemberdayaan perempuan dalam ekonomi saat ini dipromosikan sejatinya merupakan tipuan demi mendapatkan keuntungan finansial. Narasi ini merupakan kebohongan kaum kapitalis dan feminis yang telah menipu kaum perempuan. Mereka tidak dimuliakan, mereka hanya dianggap sebagai tenaga kerja sekaligus pasar. Mereka mengambil tindakan untuk memperkuat sistem ekonomi kapitalisme ini, dan mereka dipaksa untuk mengukuhkan sistem ini.
Sejatinya perlu diketahui bahwa negaralah yang harus bertangung jawab terhadap beban berat yang ditangung oleh perempuan, negaralah yang memiliki kewajiban dalam menjamin kesejahteraan sebab yang demikian adalah tugas negara. Namun dalam sistem yang menjadikan keuntungan sebgai tolok ukur menghasilkan peran negara sangat nihil bahkan berlepas tangan dalam menjalankan kewajibanya disisi lain melemparkan tangung jawab ini kepada rakyat khususnya perempuan. Dengan kata lain yang seharusnya rakyat yang butuh untuk dilayani, dipenuhi hak-haknya yang ada justru rakyat dimanfaatkan dan didorong untuk menyelesaikan masalah ekonomi.
Kapitalisme merupakan sistem yang memang sudah cacat sejak lahir karena menjadikan asas sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan, standarnya bukan halal haram. Dengan demikian, tolok ukur kedudukan seseorang adalah sejauh mana ia berkontribusi dalam memberikan kemajuan materi atau pencapaian materinya dalam kehidupan. Paradigma inilah yang dibangun dalam pemikiran kaum muslim, termasuk muslimah, saat ini. Dengan demikian, para muslimah akan merasa rendah atau tertinggal ketika belum atau tidak bisa mendudukkan dirinya pada standar ini.
Islam Mensejahterakan dan memuliakan Perempuan
Islam adalah agama yang berasal dari pencipta manusia yaitu Allah Swt. Dalam Islam, perempuan adalah kehormatan yang harus dijaga juga dimuliakan. Kedudukan pria dan wanita dalam Islam pun sangatlah jelas, Di hadapan Allah yang membedakan setiap manusia hanyalah ketakwaannya.
Meski laki- laki dan perempuan mempunyai karakter dan sifat yang berbeda, keduanya diciptakan sama, memiliki akal dan potensi. Selain itu, mereka mempunyai beban dan tugas yang berbeda, selaras dengan karakter dan sifat mereka tersebut, dan mereka sama-sama akan diminta pertanggungjawaban akan hal itu.
Dalam Islam, kedudukan perempuan sangatlah mulia. Begitu pentingnya posisi dan kehadiran perempuan, bahkan Allah telah memberikan tugas khusus kepadanya yaitu sebagai ibu dan mengatur rumah tangga. Dialah tonggak peradaban dunia. Dialah yang mencetak generasi. Keberadan generasi akan unggul atau tumpul berawal dari peran seorang ibu. Hanya sja dalam islam bekerja bagi seorang perempuan adalah perkara yang munah atau betul-betul hanya sekadar pilihan, bukan tuntutan ekonomi ataupun sosial. Jika ia menghendaki, ia boleh melakukannya. Jika ia tidak menghendaki, ia boleh untuk tidak melakukannya selam dalam batasan syariat dan kewajiban utamanya terlaksanakan.
Adapun untuk menjamin kesejahteraan dan mengatasi masalah kemiskinan, sistem islam dengan berbagai mekanismenya bukan hanya memberi solusi hanya sekadar bertahan hidup ala kadarnya dengan berbagai pengorbanan perempuan dan anak-anaknya.
Negara akan mengelola semua sumber daya milik umum dan menggunakannya untuk kepentingan umum sehingga semua merasakan manfaat dari aset-aset penting. Pemasukan dari pengelolaan sumber daya alam akan dibelanjakan untuk pendidikan, kesehatan, pertahanan, infrastruktur, dan mengentaskan rakyat keluar dari kemiskinan. Negara akan melarang adanya privatisasi sumber daya alam.
Negara akan memprioritaskan jaminan pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua warga negara akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal serta menginvestasikan sisanya untuk kebutuhan negara, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pertanian. Negara juga akn meninjau kembali lahan-lahan pertanian sehingga para pemilik lahan yang mengabaikan tanahnya akan mendapat peringatan untuk segera mengolahnya. Jika dalam wktu 3 tahun ditelantarkan maka negara akan melakukan penyitaan dan diberikan kepada mereka yg bersedia untuk mengelolanya. Demikianlah mekanisme islam dalam menjamin kesejahteraan bagi rakyat. Wallahu alam bisshowab
(Penulis: Alifah)