Jakarta– Mendidik anak perempuan usia remaja bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Pada fase ini, anak mulai mencari jati diri, mengalami perubahan hormon, dan cenderung memiliki emosi yang labil. Psikolog klinis keluarga, Anna Surti Ariani, atau yang akrab disapa Nina, menjelaskan bahwa orangtua perlu memahami kebutuhan emosional anak agar hubungan tetap harmonis.
“Kondisi emosi anak remaja sering kali dipengaruhi oleh perubahan hormon selama fase pubertas. Mereka menjadi lebih sensitif dan mudah tersinggung,” ujar Nina kepada Kompas.com, Selasa (15/1/2025).
Selain perubahan emosi, rasa ingin tahu yang tinggi sering kali membuat hubungan antara anak perempuan remaja dan orangtua menjadi renggang. Untuk itu, Nina memberikan tiga panduan yang dapat membantu orangtua mendidik anak perempuan usia remaja dengan lebih baik.
1. Komunikasi Adalah Kunci
Anak perempuan remaja memiliki kebutuhan emosional yang lebih kompleks dibandingkan laki-laki. Oleh sebab itu, membangun komunikasi sejak dini sangat penting.
“Idealnya, komunikasi dimulai sejak anak masih kecil. Jika baru dilakukan saat mereka remaja, orangtua harus bekerja lebih keras,” jelas Nina.
Untuk membangun komunikasi yang efektif, Nina menyarankan orangtua meluangkan waktu untuk beraktivitas bersama anak. Aktivitas seperti berbelanja atau pergi ke salon dapat menjadi momen yang tepat untuk mendekatkan diri dengan anak perempuan remaja.
2. Hormati Privasi Anak
Pada usia remaja, anak perempuan mulai membutuhkan ruang untuk mengenali diri sendiri. Nina menegaskan bahwa menghormati privasi mereka sangat penting agar anak tidak merasa terkekang.
“Jika orangtua menerapkan aturan terlalu ketat, anak cenderung memberontak. Berikan ruang bagi mereka untuk menemukan jati diri,” tambah Nina.
Dengan memberikan kepercayaan kepada anak, hubungan antara orangtua dan anak dapat tetap terjaga tanpa menimbulkan konflik.
3. Pahami Pola Pikir Anak
Remaja perempuan biasanya memiliki idealisme yang tinggi dan sering kali berbeda dengan pandangan orangtua. Hal ini membuat mereka cenderung memprotes aturan yang dirasa tidak sesuai dengan prinsip yang mereka yakini.
“Orangtua perlu bersikap sabar dan terbuka terhadap pandangan anak. Usahakan untuk berdiskusi dalam suasana yang tenang dan tidak emosional,” ujar Nina.
Ia juga menyarankan agar orangtua lebih banyak bertanya dan mendengarkan pandangan anak daripada sekadar memberikan arahan. Dengan cara ini, anak merasa dihargai, sehingga komunikasi dapat berjalan lebih efektif.
(d10)