Jakarta– Kasus tragis yang terjadi di Palembang tengah menyita perhatian publik. Sindy Purnama Sari (25) ditemukan meninggal dalam kondisi kurus kering di rumahnya setelah diduga ditelantarkan oleh suaminya, Wahyu Saputra (25).
Berdasarkan hasil penyelidikan, Sindy menderita kanker dan dalam kondisi kesehatan yang semakin memburuk. Namun, bukannya merawat dan mendampingi istrinya, Wahyu justru memilih pergi. Diduga, alasan suami menelantarkan istrinya karena Sindy menolak berhubungan badan akibat kondisinya yang terlalu lemah.
Terkait kasus ini, Psikolog Klinis Spesialisasi Isu Pernikahan dari TigaGenerasi Psychology Center, Pradipta Citra Safitri, M.Psi., mengungkap bahwa suami yang meninggalkan istrinya dalam kondisi sakit menunjukkan kecenderungan perilaku agresif.
“Pada individu yang berperilaku agresif, ia cenderung ingin meluapkan emosi yang dirasakan, namun kurang disertai dengan pertimbangan matang akan risiko perbuatannya terhadap norma atau nilai sosial,” jelas Citra kepada Kompas.com, Jumat (31/1/2025).
Menurut Citra, orang dengan perilaku agresif cenderung tidak mampu mengelola kekecewaannya dengan baik. Dalam kasus ini, suami merasa frustrasi karena kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi, sehingga melampiaskan emosinya dengan menelantarkan istri.
Citra juga menambahkan bahwa perilaku agresif dapat muncul karena berbagai faktor, seperti:
- Pengalaman di masa lalu, termasuk pola asuh dan paparan agresivitas sejak kecil.
- Minimnya dukungan sosial, yang membuat seseorang sulit mengatasi tekanan dan stres.
- Kurangnya keterampilan dalam menghadapi konflik dan stres.
“Sejauh mana keterampilan sang suami dalam menghadapi stresor, persepsi akan norma/nilai sosial yang ada, tergantung pada besarnya dukungan sosial yang dimiliki, dan paparan agresivitas di masa lalu,” tambahnya.
Dalam pernikahan, dukungan suami sangatlah penting, terutama ketika istri mengalami sakit parah. Kehadiran suami bukan hanya dibutuhkan dalam bentuk materi, tetapi juga kasih sayang dan kepedulian emosional.
Citra menegaskan bahwa dalam kondisi sakit, istri memiliki keterbatasan fisik yang harus dipahami oleh pasangan. Suami perlu memiliki kesabaran dan keluasan hati, serta memahami bahwa hubungan suami-istri harus didasarkan pada persetujuan kedua belah pihak.
“Dalam kondisi istri sedang sakit, diperlukan keluasan hati sang suami untuk menerima keterbatasan sang istri, mengingat bahwa berhubungan badan memerlukan persetujuan dari kedua belah pihak,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa komunikasi yang baik dalam rumah tangga sangat penting agar pasangan bisa menemukan solusi bersama tanpa harus menyakiti satu sama lain.
“Dengan demikian, diharapkan akan terbuka ruang untuk komunikasi yang baik, mencari alternatif solusi,” pungkasnya.
(d10)