Menghentikan Penderitaan Anak Gaza, Butuh Tentara dan Negara

DAILYPOST.ID Opini– Puluhan tahun sudah kita menyaksikan pembantaian warga di Gaza yang tak henti-henti nya oleh Zionis Yahudi. Dimana sebagian besar korban adalah anak-anak dan perempuan. Sudah berapa lama mereka menahan penderitaan tanpa bahan pokok, pangan, sangan dan papan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Terlebih menjelang tahun yang baru ini bukan menjadi kabar yang menggembirakan bagi warga Gaza justru serangan entitas Zionis Yahudi makin brutal dan memperparah keadaan.

Tiap jam, satu anak tewas di Jalur gaza akibat serangan brutal yang dilakukan oleh entitas Zionis Yahudi. Ini bukan sekadar angka, ini adalah banyak nyawa yang terputus. Setidaknya 14.500 anak Palestina telah meninggal dunia dalam serangan yang terus berlanjut di Jalur Gaza sejak 2023. Melihat hal ini menjadikan kondisi Gaza terutama anak-anak makin mengenaskan.

https://wa.wizard.id/003a1b

Menyusul pembantaian brutal yang dilakukan oleh pasukan pendudukan, bertepatan dengan berlanjutnya pengepungan Rumah Sakit Kamal Adwan, menjadi tanda hancurnya fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di Gaza Utara serta kekhawatiran akan evakuasi di bawah todongan senjata. (Dilansir dari news.republika.co.id)

UNRWA juga menyatakan, membunuh anak-anak Palestina di Gaza tidak dapat dibenarkan. Mereka yang selamat pun terluka secara fisik dan emosional. Tanpa akses ke pendidikan, menurut UNRWA, anak-anak Palestina di Gaza terpaksa mengais-ngais puing-puing bangunan. Mereka kehilangan nyawa, masa depan, dan terutama harapan. UNRWA memperingatkan bahwa anak-anak di Gaza menghadapi risiko kematian akibat cuaca dingin karena ketiadaan tempat tinggal yang memadai. Kiriman bantuan berupa perlengkapan musim dingin seperti selimut dan kasur tertahan selama berbulan-bulan, menunggu persetujuan entitas Zionis Yahudi untuk memasuki Gaza. (Dilansir dari www.beritasatu.com)

Adapun di tengah kebrutalan yang memperparah kondisi Gaza oleh Zionis Yahudi kini mendapat perhatian dari Mahkamah Pidana Internasional yang mana telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin entitas Zionis Yahudi Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant. Mereka dituduh telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Entitas Zionis Yahudi juga tengah menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya dalam perang di wilayah kantong Palestina itu.

Baca Juga:   Menteri Luar Negeri Inggris Pertimbangkan Pengakuan Negara Palestina

WHO sudah menyerukan agar situasi yang mengerikan itu dihentikan. Sebabnya, laporan awal menunjukkan bahwa beberapa fasilitas penting di RS tersebut rusak parah akibat kebakaran dan penghancuran selama serangan. Serangan-serangan itu telah menghentikan semua upaya dan bantuan yang menunjang fasilitas kesehatan di wilayah perang.

Berdasarkan realitas buruk ini, UNICEF menyatakan bahwa 2024 adalah tahun terburuk dalam sejarah bagi anak-anak. Ini karena konflik terus berkecamuk di seluruh dunia, termasuk di Gaza, Sudan, Ukraina, dan sejumlah tempat lainnya. Anak-anak Palestina bahkan sudah menderita sejak pendudukan Zionis pada 1967 dan penderitaan itu telah bertambah sejak Oktober 2023. (Dilansir dari ww.cnnindonesia.com)

Melihat kondisi Gaza maupun Palestina seluruhnya, kaum muslim tidak bisa mengharapkan solusi dari dunia internasional. Mereka hanya sibuk mengecam dan sebatas mengirimkan bantuan, tanpa ada satu pun yang bersedia mengirimkan bantuan tentara untuk melawan entitas Zionis Yahudi. Termasuk para pemimpin mereka yang kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dan justru mengambil solusi 2 negara arahan barat atau pengusung kapitalisme sebagai topeng untuk menunjukkan empati.

Baca Juga:   Lebih dari 12.000 Anak Tewas Akibat Agresi Israel di Gaza dan Tepi Barat Palestina

Sedangkan krisis Palestina sudah melebihi batas kemanusiaan dan terkategori genosida. Serangan Zionis Yahudi terhadap fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit menegaskan bahwa mereka tidak hanya menyasar Hamas, tetapi memang menargetkan pembantaian warga sipil dengan korban terbesar adalah kalangan perempuan dan anak-anak. Sehingga tidak ada keadilan dalam sistem Kapitalisme.

Maka, kaum muslim harus sadar bahwa keadilan bagi Palestina maupun kaum muslim di seluruh dunia mustahil diperoleh dari sistem kapitalisme yang memang lahir dari rahim musuh-musuh Islam. Terlebih, sistem kapitalisme inilah yang telah memberikan jalan pada penjajah Zionis untuk membantai anak-anak Gaza.

Dalam rangka menyolusikan krisis Palestina, semua pihak semestinya fokus dengan fakta terjadinya gelombang migrasi warga Yahudi ke Palestina sebagai cikal bakal berdirinya entitas Zionis Yahudi. Juga tindakan perampasan dan pengusiran yang Zionis Yahudi lakukan terhadap warga muslim Palestina dari rumah-rumah mereka, sebagai konsekuensi peningkatan jumlah warga Yahudi. Oleh karenanya, solusi atas krisis Palestina adalah merebut kembali tanah dan rumah warga muslim Palestina dari tangan Yahudi, bukan malah menawarkan untuk berbagi tanah dengan penjajah.

Baca Juga:   Israel Kembali Menyerang Gaza, Negeri Muslim Jangan Bungkam

Selanjutnya, dibutuhkan aktivitas jihad untuk merebut tanah Palestina tersebut. Juga pengiriman bantuan militer dari negeri-negeri muslim, terutama yang lokasinya terdekat. Sayang, yang terjadi malah sebaliknya. Negeri-negeri muslim menormalisasi hubungan dengan entitas Zionis Yahudi. Ini tentu saja mengkhianati persaudaraan se-akidah dengan warga muslim Palestina.

Sehingga untuk mengusir dan merebut kembali tanah Palestina dari warga Yahudi dan dapat melakukan aktivitas jihad tersebut butuh peran negara dan juga tentara. Dan ini hanya bisa dilakukan dalam sebuah negara khilafah yang menerapkan syariat islam secara kaffah.

Oleh sebab itu, kaum muslim harus punya agenda sendiri, harus menyatukan pemikiran dan perasaan. Juga membangkitkan pemikiran dan kebutuhan mereka akan penerapan syariat Islam kafah melalui cita-cita tegaknya Khilafah. Agenda besar ini jangan sampai dibajak oleh Barat yang malah akan memperburuk kondisi kaum muslim, baik di Palestina maupun di seluruh dunia. Sungguh, aktivitas membangkitkan umat ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam ideologis.

Para pemuda itu harus menuntut tegaknya Khilafah dan mengangkat seorang Khalifah untuk memimpin kaum muslim dalam membebaskan Palestina hingga dapat menghentikan pembantaian dan penderitaan yang dialami warga di Gaza. Wallahualam bissawab

(Penulis: Hanifah Rasyida)

Share:   

FOLLOW US ON FACEBOOK
FOLLOW US ON INSTAGRAM
FOLLOW US ON TIKTOK
@dailypost.id
ekakraf multimedia