Jakarta– Pola asuh “lazy parenting” kini semakin banyak dibicarakan. Metode ini mengajak orang tua untuk memberikan anak kesempatan melakukan aktivitas sendiri dengan sedikit intervensi. Meski terdengar bertolak belakang dengan pola asuh tradisional, lazy parenting justru menawarkan manfaat yang signifikan bagi perkembangan anak.
Menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd, pola asuh ini membantu melatih kemandirian anak sejak dini.
“Jika sudah terlatih dari kecil, anak akan belajar konsekuensi terhadap apa yang dia inginkan,” ungkap Rosdiana kepada Kompas.com, Jumat (10/1/2025).
Manfaat Lazy Parenting untuk Anak
- Melatih Anak Mandiri
Metode ini mendorong anak untuk mengambil keputusan dan menerima konsekuensi atas tindakannya. Hal ini membantu anak belajar memahami batasan serta membangun rasa tanggung jawab. - Cocok untuk Semua Anak
Rosdiana menyebutkan bahwa lazy parenting dapat diterapkan pada semua anak, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). “Namun, pendekatan ini perlu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak,” jelasnya. - Meningkatkan Keterampilan Eksekutif
Mengutip dari Motherly, pola asuh ini berkontribusi pada pengembangan keterampilan eksekutif, seperti:- Pengorganisasian
- Manajemen waktu
- Perencanaan
- Pengaturan emosi
- Berpikir fleksibel
Menurut Scott Lutostanski, seorang pelatih dan konsultan akademis, orang tua perlu memberikan tugas terstruktur untuk membangun tanggung jawab anak. “Daripada langsung menyelamatkan anak, rencanakan titik awal yang terstruktur dengan saksama,” ujarnya kepada Washington Post.
Tips Menerapkan Lazy Parenting
- Berikan Tugas Sederhana: Pilih aktivitas yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak untuk membantu mereka merasa percaya diri.
- Siapkan Instruksi yang Jelas: Pastikan anak memahami tugasnya, namun biarkan mereka menemukan cara menyelesaikannya sendiri.
- Biarkan Anak Menghadapi Konsekuensi: Berikan ruang bagi anak untuk belajar dari pengalaman tanpa intervensi berlebihan.
Dengan pendekatan yang tepat, lazy parenting bisa menjadi solusi untuk membangun kemandirian sekaligus keterampilan berpikir kritis anak.
(d10)