DAILYPOST– Virus Corona semakin sibuk. Setiap hari ia menambah jumlah orang yang terinfeksi. Begitu juga orang yang meninggal, semakin banyak. Belum ada tanda-tanda ia berhenti menebar horor di seantero Nusantara. Bisa jadi ini baru permulaan, belum sampai pada puncaknya.
Di masa ‘uji coba’ saja, virus Corona sudah sangat signifikan melumpuhkan ekonomi Indonesia. Institute for Development of Economics dan Finance mengungkapkan bahwa dampak ekonomi akibat virus ini semula hanya menggerus sisi eksternal perekonomian Indonesia melalui kenaikan sejumlah komoditas impor dari China.
Namun seiring dengan jumlah korban yang semakin banyak, stabilitas ekonomi menjadi goyah. Nilai tukar rupiah melemah tajam, sementara indeks harga saham gabungan rontok digerogoti virus. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan limbung, terkulai oleh ganasnya virus.
Pandemi akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Tanpa upaya sigap dari para pemangku kebijakan untuk menyelamatkan nyawa rakyat Indonesia, maka optimisme perekonomian tidak akan pernah datang. Ini bukan masalah ekonomi semata tapi virus, penanganannya berbeda dengan krisis keuangan.
Kekhawatirannya perekonomian akan jeblok sekali karena itu butuh dukungan dari berbagai sektor untuk mendorongnya. Optimisme dan sentimen positif ekonomi baru akan terjadi jika penyebaran virus Corona dapat diatasi.
Secara global, pasar tengah menanti langkah stimulus fiskal dari pemerintah Amerika Serikat. Negara itu baru saja menyepakati anggaran sebesar 8,3 miliar dolar AS. Namun, anggaran itu baru terbatas untuk penanganan wabah virus corona.
China yang menjadi sumber awal virus Corona bertindak sigap mengatasi dampaknya dengan memangkas pajak untuk membantu perusahaan bernapas lebih panjang, termasuk membabat pungutan nilai tambah untuk perusahaan yang menyediakan barang-barang penting atau logistik. Pemerintah daerah juga digelontorkan dana yang cukup banyak.
Hong Kong yang menjadi bagian dari China bahkan memberikan bantuan tunai kepada seluruh penduduknya sebesar 10 ribu dolar Hong Kong atau sekitar Rp18 juta untuk mempertahankan daya beli agar ekonomi tetap tumbuh.
Apakah yang dilakukan sejumlah negara tersebut dapat diterapkan di Indonesia? Apa yang sebaiknya dilakukan pemerintah agar optimisme dan sentimen positif akan tetap hadir di Tanah Air menghadapai wabah Covid-19?
Optimisme dan sentimen positif baru akan terjadi jika pandemi dapat diatasi, atau setidaknya menunjukkan tanda-tanda terkendali dan pada akhirnya dapat dibasmi total. Di sini kemampuan pemerintah diuji dalam menyelesaikan serangan tak kasat mata ini.
Seberapa jauh pemerintah akan mampu mengatasi wabah Covid-19? Strategi apa saja yang jitu untuk mengatasinya yang akan menentukan jalannya roda perekonomian ke depan? Apakah puluhan jurus stimulus dapat akan mampu menggerakkan ekonomi?
Apa pendapat Anda?
Penulis : Sarwani