Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengumumkan penggelontoran insentif sebesar Rp165 triliun untuk bank yang aktif menyalurkan kredit ke sektor hilirisasi pada tahun 2023. Insentif ini merupakan bagian dari kebijakan likuiditas makroprudensial BI yang bertujuan mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan informasi ini dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa (30/1). Menurutnya, insentif makroprudensial ini melibatkan Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS)/Unit Usaha Syariah (UUS) yang berperan aktif dalam menyalurkan kredit ke sektor prioritas.
“Sektor prioritas yang mendapatkan dukungan ini meliputi hilirisasi, termasuk pertanian, perkebunan, perikanan, perumahan rakyat, pariwisata, dan UMKM KUR (kredit usaha rakyat),” ungkap Perry.
Insentif makroprudensial yang diberikan oleh BI berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM) dalam rupiah. Kenaikan besaran insentif ini, menurut Perry, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Kredit pembiayaan memiliki potensi untuk mendukung aktivitas ekonomi di Tanah Air. Kami akan terus memperkuat efektivitasnya melalui koordinasi erat dengan KSSK, pemerintah, perbankan, dan pelaku usaha,” tambahnya.
BI sebelumnya telah menaikkan besaran insentif makroprudensial dari 280 basis poin (bps) menjadi 400 bps mulai 1 Oktober 2023. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan dorongan ekstra kepada sektor-sektor yang memiliki daya ungkit tinggi bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Solikin M. Juhro, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, menjelaskan bahwa kebijakan ini dilakukan untuk meningkatkan kredit, dengan fokus pada sektor-sektor yang memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Peningkatan insentif ini mencakup berbagai sektor, termasuk penyaluran kredit kepada sektor prioritas yang telah ditetapkan oleh BI,” ungkap Juhro.
Dengan demikian, kebijakan insentif likuiditas BI diharapkan mampu mendorong bank-bank di Indonesia untuk lebih aktif menyalurkan kredit ke sektor hilirisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
(**/cnn)