Ekonomi — Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan yang signifikan, pada Selasa pagi (17/9), berada di level Rp15.351 per dolar AS. Penguatan ini tercatat sebesar 50 poin atau sekitar 0,32 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya. Penguatan mata uang Garuda ini mencerminkan optimisme pasar yang dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
Tak hanya rupiah, beberapa mata uang di Asia juga mengalami tren penguatan. Yen Jepang naik 0,15 persen, baht Thailand menguat 0,08 persen, yuan China naik 0,29 persen, peso Filipina naik 0,15 persen, dan won Korea Selatan naik 0,28 persen. Dolar Singapura dan dolar Hong Kong pun turut menguat masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,02 persen pada pembukaan perdagangan pagi ini.
Sementara itu, mata uang dari negara-negara maju menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Euro Eropa tercatat melemah sebesar 0,07 persen, poundsterling Inggris turun 0,09 persen, sedangkan franc Swiss naik tipis 0,04 persen. Dolar Australia mencatat kenaikan sebesar 0,01 persen, sedangkan dolar Kanada mengalami penurunan kecil sebesar 0,01 persen.
Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed
Menurut Analis Pasar Lukman Leong, penguatan rupiah dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Saat ini, pasar memperkirakan adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) oleh The Fed, yang peluangnya telah mencapai 62 persen. Langkah ini diharapkan dapat menekan nilai dolar AS lebih lanjut, sehingga memperkuat rupiah dan mata uang lainnya di kawasan Asia.
“Dengan meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed sebesar 50 bps, rupiah diharapkan terus menguat terhadap dolar AS yang masih berada di bawah tekanan. Selain itu, investor juga menantikan rilis data perdagangan Indonesia siang ini yang dapat memberikan sinyal positif lebih lanjut bagi penguatan rupiah,” jelas Lukman.
Hari ini, nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp15.350 hingga Rp15.450 per dolar AS. Jika data perdagangan Indonesia menunjukkan hasil positif, hal ini akan semakin mendukung penguatan rupiah dalam beberapa hari ke depan.
Dampak Penguatan Rupiah bagi Perekonomian Indonesia
Penguatan rupiah tentunya membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah menurunnya tekanan inflasi yang dipicu oleh harga impor. Ketika nilai tukar rupiah menguat, harga barang impor menjadi lebih terjangkau, yang pada akhirnya dapat menekan laju inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.
Di sisi lain, sektor ekspor juga bisa terdampak oleh penguatan rupiah. Produk-produk Indonesia akan menjadi lebih mahal di pasar internasional, yang berpotensi mengurangi daya saing ekspor. Namun, penguatan ini masih relatif kecil dan diharapkan tidak terlalu mempengaruhi kinerja ekspor secara signifikan.
Ke depan, pergerakan nilai tukar rupiah akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter global, khususnya dari The Fed. Jika pemangkasan suku bunga benar-benar terjadi, maka nilai rupiah bisa semakin menguat. Namun, volatilitas tetap perlu diwaspadai, terutama dengan ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi.
(d09)