Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menanggapi tren deflasi yang terus berlanjut sejak Mei 2024. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatat deflasi sebesar 0,03 persen pada Agustus 2024, menandai deflasi keempat berturut-turut dalam tahun ini. Meskipun demikian, Sri Mulyani menekankan bahwa tidak ada indikasi penurunan daya beli masyarakat, terutama jika dilihat dari inflasi inti yang masih menunjukkan tren positif.
Namun, fenomena deflasi yang terjadi saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh penurunan harga pangan, yang justru merupakan hasil dari upaya pemerintah untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok. Penurunan harga pangan ini, meski di satu sisi dianggap sebagai pencapaian positif, juga mengundang pertanyaan mengenai dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Dalam pandangan Sri Mulyani, penurunan harga pangan memang diharapkan dan sudah menjadi fokus pemerintah sejak beberapa bulan terakhir, terutama di tengah kekhawatiran terhadap dampak El Nino yang sempat mendorong harga beras. Namun, deflasi yang terjadi tidak serta merta mengindikasikan penurunan aktivitas ekonomi atau daya beli, karena inflasi inti tetap berada pada level yang baik.
Analisis Dampak Deflasi terhadap Ekonomi
Meskipun deflasi sering kali dipandang sebagai tanda lemahnya ekonomi, dalam konteks saat ini, deflasi yang terjadi lebih bersifat temporer dan terfokus pada sektor pangan. Penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras memberikan andil besar terhadap deflasi di Agustus 2024, dengan masing-masing komoditas menyumbang sekitar 0,08 hingga 0,03 persen terhadap penurunan indeks harga konsumen (IHK).
Namun, penting untuk dicatat bahwa deflasi yang terjadi di 26 dari 38 provinsi di Indonesia mungkin mencerminkan ketidakmerataan dampak kebijakan penurunan harga pangan. Kalimantan Tengah, misalnya, mencatat deflasi terdalam sebesar 0,39 persen, sementara Papua Barat justru mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,31 persen. Hal ini menunjukkan adanya variasi yang signifikan dalam dinamika harga di berbagai daerah, yang dapat mencerminkan perbedaan kondisi ekonomi lokal dan efektivitas kebijakan yang diterapkan.
Tantangan Ke Depan: Menjaga Keseimbangan Harga dan Daya Beli
Meski penurunan harga pangan menjadi salah satu fokus utama, pemerintah juga perlu waspada terhadap potensi risiko yang mungkin timbul jika tren deflasi terus berlanjut. Penurunan harga yang berkepanjangan dapat berdampak pada pendapatan petani dan produsen, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian dan pangan.
Di sisi lain, inflasi inti yang masih tumbuh menunjukkan bahwa sektor lain dari perekonomian tetap berjalan dengan baik, namun perlu ada perhatian khusus untuk menjaga agar deflasi yang terjadi tidak merembet ke sektor-sektor lain yang lebih luas. Pemerintah, seperti yang diungkapkan Sri Mulyani, akan tetap waspada dan terus memantau perkembangan inflasi ke depan untuk memastikan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam konteks global, tren deflasi yang didorong oleh penurunan harga pangan mungkin tidak sepenuhnya negatif, namun perlu diimbangi dengan kebijakan yang memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga dan tidak terjadi penurunan aktivitas ekonomi yang lebih luas.
(d09)