, Trenggalek – Kabupaten Trenggalek memang kaya akan destinasi wisata alam, daerah ini memiliki topografi dan kondisi geografis yang potensial untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata alam unggulan.
Letak Kabupaten Trenggalek yang berada di Pesisir Selatan Pulau Jawa memiliki sejumlah destinasi wisata alam yang layak untuk dikunjungi wisatawan. Salah satunya (WBL) Wisata Banyu Lumut yang berada di Desa Tegaren, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur.
Wisata embung Banyu Lumut ini berada di Lereng Hutan Pinus, menawarkan suasana yang tenang, asri dan udara yang sejuk, sangat cocok untuk mengembalikan pikiran yang suntuk setelah seharian sibuk beraktifitas.
Kondisi air di embung nampak berwarna hijau dikarenakan keberadaan lumut di dasar embung itu, yang berbentuk oval dengan panjang sekitar 150 meter dan lebar 50 meter. Di sekeliling embung dikelilingi pepohonan yang rindang menambah asri.
Embung Banyu Lumut ini sudah ada sejak lama. Namun baru dikelola sebagai tujuan wisata pada tahun 2018 lalu.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Gunawan menyarankan, bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke objek wisata ini, sebaiknya datang pada pagi pukul 06.00 WIB saat matahari terbit atau pukul 15.00 WiB hingga menjelang sore.
“Itu adalah waktu yang paling tepat karena pengunjung bisa melihat air danau yang sangat hijau dari pantulan sinar matahari yang telah bergerak ke barat dan melihat pemandangan ‘sunset’ (matahari terbenam),” kata dia.
Gunawan juga mengingatkan, bagi para pengunjung yang ingin menikmati destinasi wisata embung Banyu Lumut wajib menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan tidak bergerombol.
Hal itu untuk antisipasi penyebaran Pandemi COVID-19 yang sampai saat ini belum berakhir.
“Pihak pengelola destinasi wisata embung Banyu Lumut menerapkan protokol kesehatan (Prokes) ketat bagi para pengunjung, seperti pengukur suhu tubuh (Thermo Gun) di pintu masuk, hand sanitizer dan tempat cuci tangan yang tersebar di beberapa titik,” kata Gunawan di lokasi, Senin (5/4/2021).
Gunawan juga menyampaikan, selain pengunjung wajib menerapkan prokes, pihak pengelola juga wajib menerapkan hal sama sebagai contoh baik.
“Semoga pandemi Covid segera berakhir, dan destinasi wisata bisa segera bangkit kembali,” harapnya.
Dia menyampaikan, sebelum pandemi, obyek wisata embung Banyu Lumut selalu ramai dikunjungi wisatawan. Namun, meski saat ini obyek wisata di Trenggalek sudah boleh dibuka, pengunjung masih terlihat sepi.
“Sebelum obyek wisata ditutup karena pandemi Corona, embung Banyu Lumut selalu ramai wisatawan, bahkan rata-rata pengunjung per Minggu bisa mencapai 2500 sampai 3000 orang,” terangnya.
Lanjutnya, pihak pengelola terus berbenah dan berinovasi dengan melengkapi berbagai fasilitas agar embung Banyu Lumut menjadi tempat wisata yang aman, nyaman dan murah.
“Pengunjung cukup merogoh kocek Rp 5 ribu untuk jasa kebersihan dan parkir, selain itu pengunjung juga mendapatkan minuman ringan,” kata Gunawan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Sunyoto menjelaskan, pembukaan destinasi wisata telah ditetapkan lewat Surat Edaran (SE) Bupati Trenggalek yang ditandatangani pada 9 Maret 2021.
Destinasi ini juga kata Sunyonto, telah menerapkan CHSE, yakni Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan).
“Pembukaan ini meliputi seluruh destinasi wisata. Dengan catatan, menerapkan protokol kesehatan secara ketat seperti Penerapan CHSE yang mulai diterapkan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia sejak September 2020 lalu oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf),” ungkap Sunyonto.
“CHSE ini tentunya bertujuan untuk mendorong penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE pada usaha-usaha wisata dan ekonomi kreatif, untuk membangkitkan lagi sektor ini dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19,” sambungnya.
Salah satu prokes yang ditekankan, yakni pembatasan jumlah wisatawan 50 persen dari kapasitas.
“Kami punya tim khusus untuk mengecek ketaatan para pengelola tentang pembatasan jumlah pengunjung ini. Tim akan turun ke lokasi wisata, terutama saat akhir pekan Sabtu dan Minggu. Sebab di hari itu ada kemungkinan pengunjung akan membludak,” ucapnya.
Selain itu, pengelola wisata juga harus menyediakan beberapa fasilitas lain untuk mendukung terlaksananya protokol kesehatan.
“Pengelola wisata harus menyiapkan tempat pengecekan awal bagi wisatawan yang baru datang, menyediakan tempat cuci tangan, dan memiliki sarana penunjang untuk mengingatkan wisatawan agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Ini pelu dilakukan demi keselamatan kita semua. Semoga pandemi ini cepat berlalu, agar aktivitas kita semua bisa kembali seperti sedia kala,” tutup Sunyonto (Adv/Daily23/Sar)