“BEBAS” adalah kata yang begitu dinantikan oleh warga Gaza, Palestina. Puluhan tahun mengalami penderitaan akibat kedzaliman yang dilakukan Israel, seharusnya membuka mata kita selebar-lebarnya. Bukan hanya itu, kedzaliman yang jelas adanya ini mengharuskan seluruh umat muslim untuk bersatu bukan hanya mengutuk.
Penyerangan kembali dilakukan zionis Israel atas Palestina pada Jum’at (5/8/2022) selama tiga hari. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Palestina, serangan brutal tersebut telah menewaskan 44 warga Palestina, termasuk diantaranya 15 anak-anak, dan ratusan warga sipil terluka. Ini merupakan serangan kesekian kalinya dan terburuk setelah perang 11 hari yang menewaskan kurang lebih 250 orang warga Palestina pada 2021 lalu. muslimah.news.id (Kamis,11/8/22).
Israel mengaku melakukan penyerangan sebagai bentuk pembelaan terhadap rakyatnya dan mencegah pembalasan PIJ. Namun, pengamat internasional mengatakan taktik mereka telah merusak klaim mereka untuk membela diri. Dalam hal ini, Israel memang seolah-olah memposisikan mereka sebagai korban, padahal berdasarkan sejarah terbukti mereka yang merampas tanah Palestina.
Hanya saja, bukan itu titik fokus yang ingin penulis jabarkan disini. Penyerangan ini telah berkali-kali dan telah menghabiskan banyak nyawa dan darah kaum muslim. Tanpa memandang anak-anak, perempuan, lansia, dan warga sipil. Tindakan ini tidak manusiawi. Namun, mengapa Israel makin berani menyerang Palestina? Dan Dimanakah peran negeri muslim lainnya?
Normalisasi
Banyak pihak yang mengecam tindakan ini diantaranya PBB dan beberapa negeri muslim yang ikut prihatin. Koordinator Khusus PBB untuk proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland, Sabtu (6/8/22) mengatakan “Saya sangat prihatin dengan eskalasi yang sedang berlangsung (di jalur Gaza). Tidak ada pembenaran untuk setiap serangan terhadap warga sipil.” Dilaporkan laman kantor berita Palestina, WAFA.