Gorontalo– Nama Kesya Botutihe, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Boalemo, Gorontalo, sempat menjadi sorotan publik setelah viral diduga mencemooh Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Namun, Kesya akhirnya angkat bicara dan menyebut bahwa dirinya adalah korban fitnah serta kesalahpahaman.
Dalam video klarifikasi yang beredar, Kesya menyatakan bahwa pernyataannya telah dipotong dan dipelintir, sehingga kehilangan konteks aslinya. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah berniat merendahkan profesi PPPK dan menyesalkan bagaimana masalah ini berkembang di media sosial.
Awal Mula Masalah: Tuduhan Tanpa Bukti
Kesya menjelaskan bahwa persoalan ini bermula dari grup pribadi yang hanya berisi tujuh orang, di mana ia dituding meneror salah satu rekannya. Meski tidak ada bukti, tuduhan tersebut terus diarahkan kepadanya.
Situasi semakin memanas ketika ia dimaki-maki dan direndahkan sebagai ASN oleh rekannya. Kesya mengakui bahwa dalam kondisi emosional, ia akhirnya merespons dengan pernyataan yang kini dianggap sebagai penghinaan terhadap PPPK.
“Saat live itu sebagai seorang manusia, dia juga naik pitam dan melakukan hal dugaan penghinaan tersebut,” ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Boalemo, Irvan Hemeto.
Klarifikasi Dinas Kesehatan Boalemo
Menanggapi polemik ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Boalemo juga memberikan klarifikasi. Sekretaris Dinkes, Irvan Hemeto, menegaskan bahwa Kesya Botutihe selama ini adalah pegawai dengan rekam jejak baik dan tidak memiliki catatan buruk.
“Permasalahan ini sebenarnya hanya terjadi di lingkup mereka sendiri. KB ini secara administratif tidak memiliki catatan buruk sama sekali,” jelas Irvan.
Irvan juga menegaskan bahwa Kesya mengalami tekanan sebelum insiden tersebut terjadi. Tuduhan meneror rekan kerja dan menerima hinaan pribadi membuatnya terpancing emosi.
Meski demikian, pihak Dinas Kesehatan mengimbau agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Sebagai pegawai, kita harus tetap mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Saya harap kejadian seperti ini menjadi pelajaran agar tidak terulang kembali,” tutup Irvan.
Pelajaran dari Kasus Kesya Botutihe
Kasus ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat memperbesar kesalahpahaman. Sebuah pernyataan yang kehilangan konteks bisa berkembang menjadi isu besar, apalagi jika sudah viral.
Kesya telah menyampaikan klarifikasinya dan meminta maaf atas insiden tersebut. Kini, ia berharap agar publik dapat melihat kasus ini dengan lebih objektif.
Sementara itu, bagi para ASN dan PPPK, kasus ini menjadi pengingat penting untuk bijak dalam bersosial media serta menjaga komunikasi agar tidak memicu konflik yang bisa berdampak luas.
(d10)