- Materi dan kondisi fisik bukan masalah dalam mendirikan Yayasan atau sebuah Panti Asuhan.
Seperti yang dilakukan salah satu sosok inspiratif kelahiran Ipilo, Kota Gorontalo.
Adalah Agoes Busura, pria kelahiran 21 Agustus 1971 ini termotivasi membangun Yayasan dan Panti Asuhan, di Jalan Lupoyo, Kelurahan Dulomo Selatan, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo dengan bermodalkan hasil penjualan Bawang, Rica dan Tomat (Barito).
Putera ke-6 dari 8 bersaudara ini berhasil merintis Yayasan dan Panti Asuhan tersebut sejak 2019 hingga pertengahan 2020.
“Panti asuhan ini saya rintis sejak 2019, sedangkan izin resminya Alhamdulillah keluar pada 2020. Jadi, sekitar 1 tahun. Dalam Al-Quran, kita diperintahkan agar memperhatikan fakir miskin dan anak yatim. Sehingga ini menjadi motivasi kita dalam membangun panti ini,” ucap Agoes.
Lika-liku maupun suka-duka, sempat dialami Agoes dalam proses perintisan Yayasan Al-Islam SAFAZ “AIN” dan Panti Asuhan SAFAZ “AIN”.
Bagaimana tidak, dengan keterbatasan fisiknya, Agoes terus berjuang dan berupaya keras demi menjalankan perintah dari sang pencipta.
“Alhamdullah, kita berjuang mendirikan panti karena sedikit ada pengetahuan keagamaan, terutama atas panggilan Allah. Jadi, atas dasar Pangilan Allah, bukan mengikuti orang lain yang juga telah mendirikan sebuah panti,” ujar Agoes saat ditemui tim Dailypost.id, Selasa (29/12/2020).
Diketahui, Sosok Pendiri Panti Asuhan SAFAZ “AIN” ini mengalami kelumpuhan pada dua kakinya sejak 2002. Apa yang dialami Agoes itupun, dijadikan cambuk motivasi bagi dirinya untuk terus belajar dan lebih mendalami Ajaran-ajaran Al-Quran.
Alhasil, dirinya secara otodidak mampu membaca dan memahami huruf-huruf Al-Quran walaupun bukan dari basic Sekolah Agama.
“Saya mengaji secara otodidak. Jadi, huruf-huruf Al-Quran sudah tahu sejak orang tua masih hidup (Alm. Yakob Busura). Soal latar belakang pendidikan terakhir saya adalah STM jurusan bangunan angkatan 1990,” ungkap Agoes.
Agoes juga pernah juga turun di pengobatan, yakni 2007 hingga 2018. Selama 11 tahun itu, Agoes telah melakukan pengobatan di berbagai daerah tetangga, di antaranya Banggai Kepulauan, Palu, Donggala, Toli-Toli dan Bolaang Mongondow Selatan.
“Ya, itu saya akhiri sebelum mendirikan panti asuhan SAFAZ “AIN”, kata dia.
Dari perjalanan hidup dan usaha yang dilakukan, Agoes tetap tabah menyesuaikan kondisi kedua kakinya yang lumpuh dengan ekonomi terbatas, demi memenuhi kebutuhan 5 Anak Kandung dan 12 anak asuhnya saat itu.
“Alhamdulillah, sedikit demi sedikit dari hasil penjualan bawang rica tomat, setidaknya bisa menghidupi 5 anak asuh yang tinggal dengan saya dan 12 anak asuh ada di luar. Jadi, total 17 anak asuh dalam pengawasan saya. Sekali lagi, motivasi saya hanya berdasarkan perintah Allah, dengan sedikit pendalaman agama,” imbuhnya.
Ditanyakan soal makna dari SAFAZ “AIN”, Agoes menjelaskan bahwa SAFAZ “AIN” berarti Mata Jahat yang Mampu Dihilangkan dengan Kejernihan Hati yang mengacu pada Zat Rahasia Allah.
“Saya beri nama SAFAZ “AIN”. Terbagi, SA itu Safaur (Kejernihan Hati) FA (Fanah) Z (Zat Allah yang Rahasia) jadi, Kejernihan Hati yang mengacu pada Zat Rahasia Allah. Sedangkan “AIN”, artinya penglihatan mata jahat. Jadi, dengan kejernihan hati yang menyatu dengan zat Allah maka mata-mata jahat kita bisa dihilangkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Insya Allah. Meski demikian, kita harus tetap belajar dan terus berupaya sembari terus berdoa kepada-Nya,” jelas Agoes.
Terakhir, Agoes pun mengungkapkan Motto dan Prinsipnya dalam membangun Panti Asuhan SAFAZ “AIN”.
“Kalau Motto saya adalah Saya Terus Bergerak, Berkarya, Beribadah, Sehingga Menghasilkan yang Nyata,” tutup Agoes sang Sosok Inspiratif itu. (daily08/Anton Bravo)