Jakarta — Serangan balasan Garda Revolusi Iran terhadap pangkalan militer Israel menyoroti ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah. Dalam mengukur kekuatan militer Iran, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan.
Menurut Global Firepower, Iran menduduki peringkat 14 dari 145 negara dalam hal kekuatan militer pada tahun 2024 dengan PwrIndx 0,2269. Skor ini mencerminkan berbagai variabel, termasuk jumlah unit militer, posisi keuangan, serta kemampuan logistik dan geografis.
Dibandingkan dengan Indonesia yang menduduki peringkat ke-13, Iran memiliki keunggulan dalam beberapa aspek, termasuk jumlah manpower, armada angkatan darat, armada angkatan laut, sumber daya nasional, finansial, dan logistik militer.
Salah satu aset utama Iran adalah gudang rudal balistik dan drone terbesar di Timur Tengah. Gudang ini dilaporkan berisi berbagai jenis rudal, termasuk yang memiliki jangkauan hingga 2.000 kilometer, yang dapat menjangkau target di seluruh kawasan, termasuk Israel.
Iran juga memiliki jumlah personel aktif dan cadangan yang signifikan, dengan sekitar 580.000 personel aktif dan 200.000 personel cadangan terlatih, yang terbagi antara tentara reguler dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Meskipun Iran telah menghadapi sanksi internasional yang melarang impor senjata, negara tersebut telah mengembangkan industri senjata dalam negeri sejak era Ayatollah Khomeini. Ini termasuk produksi rudal, drone, kendaraan lapis baja, dan kapal angkatan laut.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa evaluasi kekuatan militer suatu negara tidak hanya bergantung pada jumlah peralatan atau personel, tetapi juga pada faktor-faktor seperti pelatihan, pengalaman tempur, dan strategi militer yang efektif. Dalam konteks ini, situasi keamanan regional dan hubungan antarnegara juga memainkan peran penting dalam menentukan kekuatan relatif suatu negara di arena internasional.
(d09)