sa shop gorontalo

Literasi Digital dan Edukasi Seks: Solusi Guru Lindungi Siswa dari Pornografi

DAILYPOST.ID Jakarta– Selain orang tua, guru memiliki peran penting dalam melindungi anak-anak dari bahaya pornografi. Sekolah sebagai tempat kedua bagi anak untuk bersosialisasi dan mendapatkan pendidikan sehari-hari harus menjadi lingkungan yang aman dan mendukung dalam memberikan pemahaman serta pendampingan.

Kekhawatiran ini semakin meningkat seiring dengan data yang disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid, yang menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat dunia dalam kasus pornografi anak.

https://wa.wizard.id/003a1b

“Indonesia saat ini terdata sebagai negara keempat terbesar di dunia dalam ranah konten-konten pornografi untuk anak,” ujar Meutya dalam konferensi pers di Kemendikdasmen, Jakarta, Minggu (2/2/2025).

Menyikapi hal ini, Psikolog Klinis Disya Arinda menyampaikan bahwa guru dapat berperan aktif dalam mencegah anak terpapar konten pornografi dengan menerapkan beberapa langkah strategis di sekolah.

Langkah Guru dalam Mencegah Paparan Pornografi pada Anak

Membekali Literasi Digital
Guru dapat mengajarkan siswa mengenai bahaya pornografi, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjangnya. Selain itu, anak-anak juga perlu diajarkan cara melindungi diri dari ancaman di dunia maya, seperti menghindari mengunduh atau mengunggah konten yang tidak sesuai.

Baca Juga:   2.000 Nasi Kotak dan Ratusan Air Mineral: Tanggapan BRI Terhadap Banjir Bandar Lampung

“Guru harus membekali siswa dengan literasi digital. Ajarkan mereka tentang bahaya konten pornografi, bagaimana melindungi diri di internet, serta pentingnya tidak mengunduh atau mengunggah konten yang berbahaya,” jelas Disya.

Menyelenggarakan Program Sex Education
Edukasi seks yang benar perlu diberikan kepada siswa, terutama mengenai pengelolaan tubuh, batasan privasi, serta langkah-langkah yang harus diambil jika mengalami tindakan yang tidak pantas.

“Guru harus memberikan sex education yang komprehensif. Sekolah bisa bekerja sama dengan psikolog atau ahli untuk memberikan materi yang sesuai dengan usia siswa, mencakup batasan tubuh, privasi, hingga risiko terkait seksualitas,” tambahnya.

Baca Juga:   Prabowo Siapkan Dua Perpres Baru: Reformasi Jaminan Kesehatan dan Hak Penghayat

Menanamkan Etika dan Moral
Guru juga memiliki peran dalam membangun karakter dan moral siswa, terutama dalam bersikap dan bersosialisasi dengan orang lain di masa depan.

“Penting bagi guru untuk memberikan pemahaman tentang etika, moral, serta rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain,” tegas Disya.

Membatasi Akses Internet
Saat ini, banyak sekolah yang memperbolehkan siswa menggunakan ponsel dalam proses belajar. Namun, perlu ada pembatasan akses internet untuk mencegah paparan konten negatif.

“Sekolah harus menerapkan pemantauan internet, misalnya dengan WiFi yang memiliki pembatasan konten di luar materi pembelajaran,” katanya.

Membuka Ruang Diskusi
Guru sebaiknya menyediakan ruang diskusi yang aman dan nyaman bagi siswa, sehingga mereka bisa dengan bebas menyampaikan keluhan atau persoalan yang dihadapi, termasuk isu-isu yang berkaitan dengan pornografi.

“Penting bagi guru dan konselor sekolah untuk menjadi pihak yang dipercaya siswa ketika mereka mencari bantuan atau ingin berdiskusi tentang hal yang mereka alami,” tutup Disya.

Baca Juga:   Bukti Komitmen Kementerian ATR/BPN, 14 Rumah Ibadah di Kabupaten Lebak Kini Miliki Sertipikat Tanah Resmi

Komitmen Sekolah dalam Melindungi Anak

Mencegah anak-anak dari paparan pornografi bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga tanggung jawab sekolah dan seluruh tenaga pendidik. Dengan menerapkan literasi digital, edukasi seks yang benar, serta membangun karakter yang kuat, sekolah dapat menjadi benteng utama dalam melindungi generasi muda dari dampak negatif pornografi.

(d10)

 

Share:   

FOLLOW US ON FACEBOOK
FOLLOW US ON INSTAGRAM
FOLLOW US ON TIKTOK
@dailypost.id
ekakraf multimedia